Angka ‘Stunting’ di Kota Probolinggo Naik
Kota Probolinggo belum bisa bebas dari masalah gizi buruk yang mengakibatkan anak di bawah lima tahun (balita) terkena stunting. Terbukti dalam empat tahun terakhir, angka balita yang mengalami stunting di kisaran 20-30%.
Merujuk pada Kementeria Kesehatan (Kemenkes), pada 2015 lalu ada 20,5 persen balita di Kota Probolinggo mengalami stunting. Pada 2016, angka stunting terus bertambah menjadi 27,6 persen.
Angka stunting terus melonjak pada 2017 menjadi 30,4 persen, dan pada 2018 sedikit naik menjadi 30,5 persen.
“Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018, angka stunting di Kota Probolinggo 30,5 persen. Angka ini sedikit di bawah angka stunting di tingkat Provinsi Jatim, 32,8 persen dan nasional 30,8 persen,” kata Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Probolinggo, drg Ninik Ira Wibawati Mqih.
Data tersebut diungkapkan saat Pemkot Probolinggo mencanangkan Gerakan Serentak Timbang Balita (Gertak Talita) di Kecamatan Wonoasih, Kamis, 8 Agustus 2019. Gerakan untuk menurunkan prevalensi stunting di Kota Probolinggo menuju zero stunting.
Dikatakan stunting merupakan masalah gizi kronis yang disebabkan asupan gizi yang kurang dalam waktu lama. Umumnya karena asupan makan yang tidak sesuai kebutuhan gizi. “Stunting terjadi mulai dari dalam kandungan dan baru terlihat saat anak berusia dua tahun,” kata Ninik.
Prevalensi stunting bulan penimbangan pada tahun 2018, kata Ninik, mencapai 19,75 persen. Sedangkan cakupan balita yang ditimbang hanya 73,4 persen dari seluruh balita di Kota Probolinggo.
"Data menunjukkan terdapat disparitas data prevalensi stunting yang cukup tinggi yang disebabkan karena rendahnya cakupan balita yang ditimbang," katanya.
Karena itu, kata Kadinkes, perlu adanya kegiatan inovatif untuk menggerakkan masyarakat Kota Probolinggo secara masif dan terstruktur untuk meningkatkan cakupan melalui Gertak Talita ini. Gertak Talita pada 2019 ini dilaksanakan di 218 posyandu dan semua PAUD di Kota Probolinggo, dengan sasaran 18 ribu balita.
Dinkes menargetkan gambaran permasalahan kurang gizi khususnya stunting yang akurat. Juga untuk meningkatkan cakupan penimbangan balita di posyandu tahun 2019 lebih menyeluruh.
Balita yang datang ke posyandu dan PAU ditimbang dan dicek berat badan dan tinggi badan. Sekaligus meningkatkan pemberian vitamin A dan obat cacing.
Kadinkes mengatakan, stunting pada anak dipengaruhi 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). Yakni 270 hari pertama dalam kandungan ditambah dua tahun kehidupan anak setelah dilahirkan.
"Pada 1.000 hari pertama bayi harus diperhatikan betul sisi nutrisinya karena itu menunjang pertumbuhannya kelak. Oleh karenanya gizi dan nutrisi bayi harus terpenuhi dengan baik," katanya.
Dalam kesempatan itu, Wali Kota Hadi Zainal Abidin mencanangkan Gertak Talita secara simbolis. Dikatakan selain berupaya menurunkan prevalensi stunting, Pemkot Probolinggo juga mengambil langkah untuk memberikana pelayanan kesehatan yang paripurna bagi masyarakat.
Salah satunya, pengadaan ambulance di kelurahan dan dua unit mobil untuk dokter keliling. "Jadi, jika ada sesuatu pada anak-anak bisa diatasi dan ditangani," kata wali kota. (isa)