Angka Pendonor Naik, PMI Surabaya Kekurangan Alat Donor Plasma
Di tengah upaya Pemerintah Kota Surabaya membuat Gebyar Bulan Donor Plasma Konvalesen pada Februari ini, tak sebanding dengan kemampuan Palang Merah Indonesia (PMI) Kota Surabaya. Sementara ini, tersisa satu dari tiga alat yang aktif digunakan.
Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) PMI Surabaya, Budi Arifah menjelaskan, tiga alat yang digunakan adalah Hemonetics, Trima, dan Amicore. “Hemotics itu gak ada kantongnya, kemudian Trima masih ada kerusakan alat dan kantongnya juga minim, tinggal Amicore yang bisa digunakan,” kata Budi.
Ia mengatakan, kekurangan kantong itu tak lain karena sudah banyak yang digunakan menerima darah dari para pendonor. Total sudah lebih dari 4.000 kantong darah yang diterima dan sudah diberikan kepada para pemohon atau kini tersisa sekitar 42 stok darah.
Dengan alat yang tersisa, sangat sulit untuk mendapat darah yang banyak. Pasalnya, butuh waktu sekira satu jam untuk satu orang pendonor. “Maksimal sekarang mungkin cuma 15-an yang diterima dan itu sudah maksimal, karena bisa eror kalau terlalu sering dipakai. Satu orang saja satu jam, kalau 15 orang bisa 15 jam,” jelasnya.
Karena itu, Budi mengatakan, perlu ada penambahan alat dari PMI Pusat maupun bantuan BNPB untuk mempercepat proses donor plasma konvalesen. Mengingat, terapi ini plasma darah ini dinilai sangat efektif untuk membantu perawatan pasien terkonfirmasi positif virus corona atau Covid-19.
Budi mengatakan, kekosongan kantong darah ini tak hanya terjadi di Surabaya saja, tapi juga berbagai daerah di Indonesia. “Karena memang selama ini impor. Kalau ini bisa segera ditambah alat akan lebih cepat, yang penting kantong darahnya harus ada,” pungkasnya.