Angka Kematian Saat Isoman Tinggi, Ini Pesan Pakar
Lonjakan kasus virus corona atau Covid-19 benar-benar sangat dahsyat, Rumah Sakit (RS) Rujukan pun kompak menutup sementara layanan untuk pasien Covid-19 karena sudah terpenuhinya kapasitas. Termasuk yang ada di Surabaya. Dampaknya, banyak warga yang sakit entah itu terpapar Covid-19 atau tidak harus menjalani isolasi mandiri (isoman) di rumah.
Ironisnya, langkah menjalani isoman ini pun memberi dampak pada parahnya kondisi pasien sampai berakhir pada kematian, apabila tak tertangani dengan baik. Angkanya, kini sudah tak bisa dihitung dengan jari.
Dokter Ahli RS Lapangan Indrapura, Dr Christijogo Sumartono menjelaskan, utamanya ditengah wabah virus seperti saat ini setiap warga yang sakit harus menjalani perawatan RS khusus karantina.
"Tapi di Indonesia tidak siap, maka beberapa rumah sakit disuruh buka ada yang berani dan tidak. Pada akhirnya semua berani buka. Sehingga dicampur merah hijau (triage) akhirnya yang tidak covid jadi tertular covid. Memang harus diakui pelayanan secara umum di Indonesia amburadul ya apa adanya, kalau tidak ada pacul maka gayung yang dipakai," ujar Chris kepada Ngopibareng.id, Selasa 13 Juli 2021.
Namun, kondisi rumah sakit yang kini penuh membuat masyarakat yang sakit harus menjalani isolasi mandiri. Menjalani isolasi tidak bisa sembarangan karena harus betul-betul dipantau kondisinya dan dirawat dengan cara yang tepat.
Misalnya apabila ada orang terpapar Covid-19 dan terdapat penyakit bawaan, maka penyakit bawaan harus diobati secara cepat. Sebab, penyakit bawaan yang diderita pasien akan menjadi inang virus.
"Misalnya kalau ada kolestrol maka makannya harus dikurangi, ditambah minum obat yang ada dirumah sesuai apa yang dirasakan," ujar dokter spesialis anastesi itu.
Selain itu, kata dia, yang harus dilakukan untuk mencegah kematian saat isoman yakni penanganan pandemi Covid-19. Saat ini menginjak rem menjadi pilihan tepat, upaya pemerintah dengan kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat dinilai sudah bagus. Sebab, kalau dibiarkan kondisi akan menjadi lebih bahaya.
Termasuk, pembuatan call center yang dibuat Kementerian Kesehatan (Kemenkes) termasuk memberi obat gratis melalui sistem yang sudah ada, lalu call center di Dinas Kesehatan sampai ke Puskesmas menjadi solusi.
"Namun yang penting pasien jangan distigma. Warga pun harus membantu kalau ada tetangganya sakit misalnya memberikan makan dan sebagainya. Rasa gotong royong ini harus dikedepankan," pungkasnya.