Kematian Covid-19 di Surabaya Tertinggi di Indonesia,Ini Sebabnya
Jumlah kasus Covid-19 di Indonesia sudah mencapai 10 ribu orang. Jawa Timur merupakan provinsi terbanyak menyumbang angka tersebut, bahkan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat angka kematian pasien Covid-19 paling tinggi ada di Surabaya, per 26 Juli 2020.
Menurut salah satu RS rujukan Covid-19 di Surabaya, salah satu faktor penyebab kematian akibat Covid-19 di Surabaya tinggi ialah keterbatasannya ventilator di RS. Jumlah ventilator yang ada tak mencukupi peningkatan jumlah pasien yang membutuhkan.
"Jadi salah satu faktor penyebab kematian tinggi di RS ialah ventilator yang terbatas. Biasanya pasien yang memakai ventilator pasti diawali dengan gejala awal gagal nafas," kata Direktur RSIS Ahmad Yani, dr. Ahmad Arifin, MARS.
Samsul biasa ia disapa menjelaskan, menurut data yang ia himpun di beberapa RS, dilaporkan 82 persen pasien yang memakai ventilator meningggal karena keterlambatan penggunaan ventilator. Sebab banyak pasien dibawa ke RS dengan kondisi gagal napas.
"Terlebih jika pasien memiliki komorbid, seperti diabet, hipertensi, obesitas dan lainnya. Maka, komorbid itu harus diobati dengan serius," ungkap Samsul.
Samsul memaparkan, untuk menyikapinya dibutuhkan peningkatan Early Warning System (EWS) atau sebagai rangkaian sistem komunikasi informasi yang dimulai dari deteksi awal, dan pengambilan keputusan selanjutnya harus kuat. Jika terlambat ditangani, pasien tidak dapat tertolong.
"Deteksi dini penting dilakukan agar tidak jatuh dalam gagal napas. Karena kalau sudah gagal napas pasti butuh ventilator dan ventilator terbatas. Kalau gagal napas, antre pakai ventilator, dan karena keterlambatan itu membuat pasien meninggal," ujarnya.
Selain ventilator, kendala lainnya adalah monitor untuk mengecek pernapasan. Samsul mengatakan, minimal jika sudah punya monitor, maka lebih mudah untuk mendeteksi pasien.
Adapun, ungkap Samsul, solusi dari masalah ini ialah sinergi dan kolaborasi antar RS yang ada di Surabaya. Kolaborasi yang dimaksud artinya pemetaan antar RS, mana saja yang memiliki ventilator kosong, sehingga pasien dengan kondisi berat bisa dirujuk.
"Bila demikian sistem rujukan bisa berjalan dengan baik, sehingga sistem rujukan bisa lebih lancar dan tidak ada keterlambatan menanggani pasien," imbuhnya.
Tambahnya, jika mapping kerja sama antar RS ini bisa dijalankan pasien bisa tertolong dengan cepat. Meski pasien yang menggunakan ventilator memiliki kemungkinan hidup kecil, tapi RS tetap berusaha dan pengupayakan yang terbaik.
Advertisement