Angin Kencang Bakar 4 Ribu Hektar Hutan dan Rusak Rumah di Jatim
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jawa Timur (Jatim), Wahyudiono Subhan, mengatakan sekitar 4 ribu hektar lahan hutan di Jatim terbakar selama periode Oktober 2019. Total luas hutan di Jatim 360 ribu hektar.
"Karena di Jawa timur ini diantara musim pancaroba, yaitu kemarau ke musim hujan ini terjadi angin kencang yang sifatnya merusak dengan kecepatan 45 km/jam," tuturnya, usai mengisi acara Seminar Kebencanaan di Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang, Senin 18 November.
Akibat angin kencang tersebut, lanjut Subhan, beberapa daerah di Jatim mulai dari Malang, Banyuwangi, Lumajang dan Bondowoso, terjadi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Gunung Arjuno, Gunung Raung, Gunung Semeru, Gunung Kawi dan Gunung Ijen.
"Akibat angin kencang itu karhutla sulit dipadamkan, karena ada titik api tersisa, pasti akan membesar jika ditiup angin," terangnya.
Apalagi saat ingin memdamkan karhutla, heli Water bombing kesulitan menjatuhkan air di titik api akibat terkendala tiupan angin.
"Selain karhutla, bencana angin puting-beliung, Seperti di Kota Batu, beberapa waktu lalu. Itu anginnya membawa pasir yang masuk ke pemukiman warga dan membuat masyarakat gangguan pernafasan," ujar Subhan.
Ia lantas menjelaskan, berdasarkan analisa dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Jatim, angin kencang di Bumiaji sifatnya seperti aliran sungai, hanya terjadi di sekitar daerah tersebut.
"Angin itu ya di situ-situ saja. Makanya di Batu ya di Bumiaji itu aja. Menurut informasi dari BMKG, alirannya seperti aliran sungai," terangnya.
Untuk bencana angin puting-beliung yang terjadi pada 9-11 Oktober lalu, Subhan mengatakan ada beberapa daerah yang terdampak seperti, Madiun, Tuban, Bojonegoro, Lamongan dan Mojokerto.
"Tapi diantara beberapa daerah itu, yang paling parah menimpa Bojonegoro, di sana sekitar 1.300 rumah rusak dan 45 rusak berat," ujarnya.
Potensi ancaman bencana, menurut Subhan tidak bisa disamaratakan, lantaran tiap daerah memiliki karakteristiknya masing-masing.
"Seperti di Batu, angin membawa debu tapi di Bojonegoro angin saja, namun dampaknya begitu parah, ribuan rumah rusak," katanya.
Maka dari itu Subhan, menghimbau masyarakat untuk mengantisipasi adanya bencana jika yang bisa terjadi sewaktu-waktu.
"Kita ketahui bersama bahwa bencana ini kan tidak tahu kapan terjadinya. Angin kencang ini diprediksi akan berkurang pada bulan Desember mendatang," tutupnya.