Usaha Sampingan Anggota Polres Kediri Yang Omsetnya Besar
Di sela-sela rutinitas sebagai Kanit Pidum (Pidana Umum) Polres Kediri Kota, Ipda Sarwo Edi meluangkan waktunya untuk mengelolah usaha sampingan yang telah ditekuninya selama tiga tahun. Usaha sampingan itu adalah budi daya ikan Betta atau ikan cupang.
Bapak dua anak asal Kelurahan Ketami Kecamatan Pesantren Kota Kediri ini mengaku, awalnya belum paham tata cara pengelolaan budidaya ikan cupang. Namun karena sudah mendapat arahan dan bimbingan dari para tetangga, Ipda Sarwo Edi akhirnya mengerti dan tertarik untuk buka usaha.
"Awalnya saya nggak paham tentang budidaya ikan Betta, karena sebelumnya usaha yang saya tekuni bidang pertanian. Ya, syukur saat itu ada tetangga sekitar rumah yang mau mengajari saya. Lingkungan Kelurahan Ketami Kecamatan Pesantren ini kan sentranya budidaya ikan Betta, " kata anggota Polri yang pernah menjabat beberapa kali menjadi Kanit Reskrim ini.
Semua, usaha ini sebagai usaha sampingan untuk mengisi waktu senggang sepulang dinas di kepolisian. Namun, lama-lama Sarwo Edi tertarik dan mengembangkan dengan membeli rumah berikut tanah seluas 40 RU.
Kemudian, dari sisa tanah halaman rumah yang dibeli itu dibuat kolam sebanyak 10 titik. Kolam itu digunakan khusus untuk budidaya benih. Kapasitas dua kolam ikan dapat menampung kurang lebih 10 ribu ekor ikan cupang.
Sementara untuk pembesaran ditempatkan khusus pada ratusan botol air mineral bekas. Total jumlah ikan Betta yang dimiliki sekarang mencapai 60 ribu ekor lebih.
"Sebenarnya, untuk modal beli benihnya saja murah. Sepuluh ribu ekor itu cuma Rp1,5 juta. Setelah itu kita pelihara hingga 2 minggu. Setiap kali panen, bisa dapat 20-30 ribu bibit ikan cupang," katanya.
Lanjut Sarwo, ikan cupang dijual per ekor seharga Rp80 rupiah. Pembeli yang datang kebanyakan berasal dari luar kota Kediri, seperti Tulunganggung, Semarang, Solo dan Kabupaten Kediri.
"Selain melayani pembelian langsung di rumah, anak saya juga bantu pemasaranya dijual via online. Pemesannya banyak dari luar kota yakni Semarang dan Solo. Sementara saya melayani pembeli dari wilayah Tulunganggung dan Kabupaten Kediri saja, " katanya, Jumat 30 Agustus 2019.
Setiap kali transaksi, para pedagang yang datang ke tempatnya, membeli dalam jumlah 5 ribu hingga 10 ribu ekor. Pelanggan yang datang tidak hanya berlatar belakang dari profesi pedagang, melainkan juga dari PNS mau pun perangkat desa.
Terutama pada musum hujan tiba atau saat wabah demam berdarah menjalar, ikan cupang menjadi salah satu ikan hias yang paling banyak dicari, karena dinilai efektif sebagai predator jentik nyamuk demam berdarah.
Selain melayani pembelian benih ikan Betta berusia dua minggu, Sarwo juga menjual ikan yang sama berusia 1 hingga 1, 5 bulan. Ikan cupang berusia 4 minggu per ekor dijual Rp600. Sedangkan ikan cupang berusia 1,5 bulan dihargai per ekor Rp1.500.
Dari rintisan usaha yang dijalaninya selama kurun waktu tiga tahun itu, Sarwo Edi mengaku mendapatkan omzet pendapatan sekitar Rp4 juta perbulan. Ikan cupang yang dijualnya ada tiga jenis, diantaranya Bulan, Emeral dan Plakat.
"Lumayan mas, buat usaha sampingan ekonomi. Omzet perbulan dari pelihara ikan ini rata-rata Rp4 juta. Itu sudah dipotong upah pekerja dan biaya pakan ikan," katanya.
Diketahui, kelurahan Ketami Kecamatan Pesantren Kota Kediri sejak dulu memang dikenal sebagai sentra budidaya ikan hias jenis Betta. Jumlah petani budidaya ikan hias capai 50 orang. Para petani ikan cupang ini, tergabung dalam koperasi yang dikelola secara secara swadaya.
"Saya tiap hari kan bergelut dengan perkara dan kejahatan. Kalau pulang, ya ke kolam cari ketenangan," ujar pria berusia 52 tahun ini.
Selain sebagai petani budidaya ikan cupang, Sarwo Edi juga melakoni usaha ternak ayam joper ( jowo super). Usaha ini baru dirintis satu tahun yang lalu. Perkilo daging ayam jowo super dijual seharga Rp34 ribu. Jumlah ayam jowo super yang dimiliknya saat ini sekitar 500 ekor .
"Jika dibandingkan, omzet keuntunganya lebih banyak budidaya ikan cupang ketimbang ternak ayam jowo super," katanya. (fen)