Anggaran Disunat, KONI Jatim Refocusing Anggaran Puslatda
Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Jawa Timur terpaksa melakukan refocusing anggaran beberapa cabang olahraga guna persiapan Pekan Olahraga Nasional (PON) XX 2021 Papua, pasca-disunatnya anggaran sebesar Rp23 miliar dari total anggaran Rp192 miliar.
Refocusing ini dilakukan karena anggaran yang kini tersisa Rp169 miliar sangat minim jika dipaksakan untuk memenuhi segala program training camp dan try out di luar negeri, seperti yang sudah didesain oleh tim pelatih pemusatan latihan daerah (Puslatda) Jatim.
Karena anggaran tersebut juga dipersiapkan untuk kebutuhan tim selama di Papua, dan menyelesaikan segala administrasi di Jatim dan di Papua nanti.
Wakil Ketua KONI Jatim bidang Pembinaan Prestasi, Irmantara Subagjo mengatakan, dengan anggaran yang minim maka hanya akan bisa dilaksanakan training camp atau try out dalam negeri atau tetap ke luar negeri hanya saja dengan waktu yang minim.
"Dengan pengurangan ini kita lakukan refocusing dengan mengurangi kegiatan di luar negeri yang mungkin intensitas atau latihan luar negeri berkurang. Memang ini cukup merugikan bagi atlet yang potensi emas," kata Ibag, panggilan akrabnya, kepada Ngopibareng.id, Rabu 12 Mei 2021.
Dampak Persiapan Atlet
Ibag mengatakan, tidak adanya program ke luar negeri akan sangat berdampak pada persiapan atlet. Memang, atlet Jatim mayoritas adalah juara nasional namun untuk mengasah kemampuannya tak bisa hanya dengan atlet yang setara atau bahkan di bawahnya.
Dengan program ke luar negeri maka atlet akan ditempa dengan cara berlatih juara-juara kelas internasional. Bahkan, akan memiliki mental tanding yang lebih baik jika hanya melawan atlet dalam negeri.
"Atlet potensi emas kita memang juara satu di Indoenesia, kalau tanding di dalam negeri kemampuannya stagnan. Kalau luar negeri jaminan untuk mendapat emas lebih tinggi, karena sparing latihan lebih tinggi," ujarnya.
Lebih dikhawatirkan lagi, apabila daerah kompetitor utama seperti DKI Jakarta dan Jawa Barat memberi kesempatan atletnya untuk training camp di luar negeri, sedangkan Jatim di dalam negeri akan membuat peluang membawa pulang gelar juara umum bisa pupus.
Karena anggaran yang minim, hampir seluruh cabang olahraga yang ada sekarang mendesain training camp atau try out di dalam negeri ke daerah lain.
Program dalam negeri ke daerah lain ini, kata Ibag, masih saja meninggalkan kekhawatiran apabila berlatih atau bertanding bersama dengan kompetitor maka cara atau kualitas atlet Jatim akan terpantau.
"Makanya kita wanti-wanti tim pelatih agar melakikan evaluasi mendalam terkait efektifitasnya dan harus analisa hasil try out, karena bisa saja malah bukan kita dapat keuntungan malah daerah lain," kata dosen di Universitas Negeri Surabaya itu.