Anggaran Dipotong Lagi, Puslatda Jatim Loyo
Sudah jatuh tertimpa tangga pula nasib para peserta Pemusatan Latihan Daerah (Puslatda) Jawa Timur proyeksi Pekan Olahraga Nasional (PON) XX 2021 Papua. Pasalnya, anggaran yang sebelumnya sudah ditetapkan Rp192 miliar kembali dipotong oleh Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Tumur sebanyak Rp23 miliar, sehingga tersisa Rp169 miliar.
Hal tersebut akan memberi dampak yang lebih dalam lagi pasalnya Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Jatim bisa merubah komposisi anggaran untuk Puslatda kali ini.
Mulai dari pembatalan training camp (tc) luar negeri, pembatalan try out (to) luar negeri, bahkan mungkin bisa memotong uang makan dan gaji atlet.
Pelatih Angkat Besi Jatim, Jeffry Tagore salah satu yang menyampaikan kekecewaannya terhada Pemprov Jatim yang sudah memotong anggaran. Pasalnya, anggaran tersebut akan sangat berpengaruh pada persiapan Puslatda agar dapat menjawab tantangan menjadi juara umum PON.
"Saya dengar tadi bahwa anggaran akan dikurangi, sedangkan saya posisi baru pulang dari Batu untuk tc kita sudah ajukan permohonaan tc tiga bulan karena setiap PON finishing di sini dan hasilnya selalu mencapai target. Kalau ada berita tc akan dihilangkan jadi pukulan telak bagi kita, gak hanya Pabsi tapi semua cabor akan teriak," kata Jeffry, Jumat 23 April 2021.
Menurutnya, untuk mencapai target tiga emas di angkat besi, lalu dua emas di binaraga, dan satu emas di angkat berat bukan hal yang mudah. Dibutuhkan program tambahan seperti tc dan try out untuk mengasah kemampuan atlet.
Khususnya try out akan mengasah mental atlet dalam bertanding. Jika anggaran kemudian terpotong dan membuat program tambahan ini program yang sudah dibuat sejak lama untuk membentuk atlet berprestasi akan sia-sia, mengingat atlet sudah berjuang mati-matian.
"Kita sudah habisan-habisan fokus, lalu diujung gini tc dihilangkan to hilang, gaji dikurangi ini leputusuan kurang bijaksana bagi olahraga di Jatim. Harusnya Pemprov Jatim mendukung prestasi atlet diluar konteks pandemi dll," katanya.
Kata Jeffry, pemerintah enak hanya berperan di belakang meja tanpa mengetahui kondisi atlet. Terutama tim pelatih yang harus betul-betul menjaga semangat atlet.
"Bisa-bisa atlet berangkat tanpa semangat, bisa dapat medali syukur tidak dapat pun syukur. Ini jauh sekali dengan rival kita Jawa Barat dan DKI Jakarta sudah merancang program ke luar negeri, nah kita disarankan dalam negeri saja. Kami harap pemerintah dapat lebih bijak membuat keputusan," pungkasnya.
Senada dengan Jeffry, pelatih Selam Jatim, M Riyadh mengaku kaget dengan informasi tersebut. Ia berharap kebijakan pemotongan anggaran agar dibatalkan karena akan sangat berdampak pada atlet. Terutama selam Jatim yang jadi andalan membawa pulang emas terbanyak dengan target 14-15 emas.
"Tentu akan sangat mengganggu program latihan. Apalagi persaingan sekarang tidak seperti empat tahun lalu (PON XIX 2016 di Jabar), sekarang lebih merata," ungkapnya.
Karena itu, untuk meningkatkan potensi atlet Selam Jatim sudah berencana TC di Cina atau Rusia. Hal itu penting karena atlet bisa berlatih dan bertanding bersama dengan atlet dan suasanya yang berbeda.