Anekdot Gus Dur, di Antara Alwi Shihab dan Mahfud MD
Imam Mudzakir, pengatur kegiatan harian KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur), menceritakan bahwa sejak dulu tidak jarang ada orang datang menemui Gus Dur di kantor PBNU untuk meminta uang karena berbagai persoalan: sakit, bayar uang sekolah, sampai ongkos pulang kampung.
Begitu pula ketika Gus Dur menjadi presiden. Arifin Junaidi, anggota DPR RI dan sekretaris Dewan Syuro PKB, menceritakan kepada Menteri Pertahanan Mahfud MD bahwa gaji Gus Dur sebagai presiden sering diserahkan begitu saja kepada orang yang ada di dekatnya.
Pada bulan pertama menjadi presiden, Gus Dur menerima gaji dengan amplop coklat ketika dia sedang duduk bersama Alwi Shihab dan Arifin Junaidi, sesudah menandatangani bukti penerimaan gaji tersebut, Gus Dur menyerahkan amplop coklat itu kepada Alwi Shihab.
“Ente harus membeli jas yang bagus. Menteri luar negeri jangan memalukan,”
Gus Dur menyerahkan gaji bulan berikutnya kepada menteri negara riset dan teknologi (Menristek), AS Hikam yang ketika itu sedang di Istana.
“Nih, beli sepatu dan jas. Masak, Menristek sepatunya jelek,”.
Arifin Junaidi merasa heran. Ketika dia tanya kepada Gus Dur, mengapa gajinya diserahkan kepada orang lain. Gus Dur malah menjawab,
“Ya sudah, gaji bulan berikutnya untuk kamu saja.”
Arifin Junaidi kaget dan berkata, “Bukan begitu, Gus. Maksud saya, Gus Dur harus menyimpan gaji itu untuk kebutuhan Gus Dur karena itu adalah gaji Gus Dur sebagai presiden.”
Gus Dur dengan santai menjawab, “Lha, semua kebutuhan saya sudah disediakan di sini (Istana). Saya tak butuh apa-apa, biar dipakai oleh yang butuh saja.”
Demikian pernah dikisahkan Prof Dr Mahfud MD.