Andi Mallarangeng Juarai Turnamen Tenis Veteran ITF di Thailand
Mantan Menteri Pemuda dan Olah Raga Andi Mallarangeng bersama pasangan mainnya Hasbullah Tahir berhasil menjuarai turnamen tenis senior (veteran) yang diselenggarakan oleh Internasional Tenis Federation (ITF) di Greta Farm Sport Complex Pattaya, Thailand.
Turnamen yang digelar sejak 31 Maret sampai tgl 4 April 2018, adalah turnamen dengan Grade 3, artinya kompetisi ini lebih tinggi daripada kejuaraan ITF serupa di Indonesia atau Singapura. Seperti diketahui, ITF menyelenggarakan kelas junior, pro, dan senior, yang di Indonesia sering disebut turnamen veteran.
“Alhamdulillah, dengan kemenangan ini, kami mendapat poin yang lumayan besar. Kemungkinan dengan ini kami berdua bisa mencapai ranking 300 atau 400an dunia. Kebetulan kami berdua adalah ‘anak Karebosi’ sebutan untuk anak-anak Makassar yang berlatih tenis di lapangan Karebosi Makassar. Siapa sangka anak Karebosi bisa juara di Thailand,” kata Andi, pada ngopibareng.id, Selasa, 3 April 2018.
Selama ini Indonesia sendiri telah menyelenggarakan turnamen junior seperti Thamrin Cup (Grade 4) dan Wijoyo Suyono Cup (Grade 5). Untuk turnamen pro ada beberapa turnamen Futures di Jakarta, Solo, Tarakan. Tapi untuk turnamen Senior, baru sekali diselenggarakan di Jakarta tahun lalu atas prakarsa Baveti (Badan Veteran Tenis Indonesia). Itu pun masih Grade 5.
Andi mengatakan, dengan adanya turnamen ITF Senior semacam ini di Thailand membuat iklim tenis di Negeri Gajah Putih ini sangat mendukung pembinaan tenis mereka. Pemain junior dan pro bisa melihat pemain-pemain senior masih bersemangat bermain tenis secara kompetitif.
“Saya sendiri tetap bersemangat mengikuti turnamen tenis ITF Senior untuk memperlihatkan pemain senior Indonesia tetap eksis di turnamen internasional. Selama ini pemain senior Indonesia dianggap sebagai jago kandang semata karena jarang sekali pemain kita yang ikut pertandingan ITF,” kata mantan Juru Bicara Presiden era Susilo Bambang Yudhoyono ini.
Kebanyakan para pemain senior, kata dia, hanya mengikuti turnamen regional provinsi seperti piala gubernur atau piala kapolda saja. Ia menyayangkan, turnamen itu tak masuk dalam agenda badan tenis dunia ITF, pemenangnya juga tidak mendapat poin ITF. Dengan demikian, tidak mendapat ranking dunia.
Dengan kemenangan ini, Andi dan Hasbullah berterima kasih kepada Baveti yang kini aktif mendukung pemain veteran seperti dirinya untuk tetap berprestasi, juga pada Kedutaan Besar Indonesia di Thailand beserta jajarannya .
“Alhamdulillah, sekarang bisa jadi atlet kembali. Rasanya lebih senang daripada jadi menteri. Kalau menerima piala betul-betul dari keringat sendiri. Rasanya lebih fun. Tua-tua kuarsa, meski tua masih bisa mengharumkan nama bangsa.” ujarnya.
Namun, sayangnya, tahun ini turnamen ITF Senior di Indonesia tidak lagi diseleggarakan seperti tahun lalu. Padahal itu bisa menjadi kesempatan bagi pemain-pemain Indonesia yang memiliki potensi untuk mendapatkan poin ITF dan ranking dunia. Biaya penyelenggaraan turnamen ITF dan turnamen lokal juga tidak banyak berbeda. Yang menjadi pembeda adalah, penyelenggaraannya harus secara profesional, dan terbuka untuk pemain-pemain dari luar negeri.
“Kita tidak perlu takut kalah. Wong di negeri orang pun kita bisa juara, apalagi di negeri sendiri,” ucapnya.
Setelah ini, Andi akan terus latihan. Kesibukan di tahun politik, harus membuatnya semakin ekstra dalam mengatur waktu. Ia berharap tetap bisa mengikuti beberapa turnamen ITF lagi tahun ini, sehingga rangking Indonesia juga bisa menembus peringkat 200 besar dunia.
“Kami nggak mau kalah sama Christopher Rungkat, pemain pro kita. Siapa tahu bisa sama main di Grandslam. Kalau kami berdua bisa juara, pemain-pemain tenis junior kita, serta pemain pro kita harus juga bisa juara. Jangan mau kalah sama pemain veteran seperti kami,” tandasnya. (frd)
Advertisement