Ancaman Keamanan hingga Tabur Bintang, Meriahkan Pelantikan Biden
Januari kembali menjadi bulan penting dalam hidup Joseph Robinette Biden Jr atau lebih dikenal publik sebagai Joe Biden.Sebelumnya pada 22 Januari 2013, Biden dilantik sebagai Wakil Presiden Amerika Serikat (AS) ke-47. Kini, Rabu 20 Januari 2021, Joe Biden akan mengambil sumpah sebagai Presiden (AS) ke-46.
Namun, dua hari menjelang pelantikan, tak jauh dari gedung parlemen The Capitol, terjadi kepulan asap yang berasal dari kamp tunawisma, Senin 18 Januari 2021. Akibatnya, The Capitol lockdown sementara dan menyebabkan proses gladiresik pelantikan terpaksa dihentikan.
Setidaknya 25 ribu pasukan Garda Nasional diterjunkan untuk mengamankan jalannya pelantikan dengan tingkat keamanan tinggi.
Jumlah personel itupun disebut-sebut lima kali lebih besar dari penempatan pasukan militer AS ke Irak dan Afghanistan.
Besarnya jumlah personil Garda Nasional yang diterjunkan itu, dilakukan pasca serangan ke Gedung Capitol 6 Januari lalu oleh massa pendukung Presiden Donald Trump.
Beberapa saat sebelum massa menyerbu gedung parlemen, Trump dalam pidatonya mengajak para pendukungnya untuk menuju Capitol dan menyebut gerakan itu sebagai langkah “patriotik”.
“Kita akan berjalan menuju Capitol dan kita akan bersulang untuk para senator kita yang pemberani, para senator pria dan wanita. Sebab, Anda tidak akan pernah mengambil negara kami dengan kelemahan. Kalian harus menunjukkan kekuatan dan harus kuat,” ujar Trump di hadapan ribuan pendukungnya ketika menggelar pertemuan di halaman terbuka, tidak jauh dari The Capitol, Washington, D.C., Rabu 6 Januari 2021.
Para pendukung Trump nyatanya didominasi oleh mereka yang tergabung dalam sejumlah kelompok supremasi kulit putih.
Pada Minggu 17 Januari 2021, FBI menangkap Couy Griffin, yang merupakan seorang pejabat daerah New Mexico dan pendiri kelompok Cowboys for Trump.
Griffin sebelumnya bersumpah akan kembali ke Washington, D.C. untuk memasang “bendera kami” di meja ketua parlemen Nancy Pelosi.
Kepada penyidik, Griffin membela diri dengan menyatakan "terperangkap" dalam kerumunan, yang menerobos barikade dan memasuki area terlarang Capitol AS.
Pejabat Eksekutif Tertinggi Liga Anti-Fitnah AS, Jonathan Greenblatt, mengungkapkan, ancaman dari para pendukung Trump yang disebutnya sebagai bentuk teror, merupakan hal yang harus ditangani secara serius.
“Pasca 9/11 kita menghadapi ancaman dari teror Islamist, yang mana memang masih menjadi ancaman. Tapi, kita harus menyadari bahwa di negara ini tantangan yang kita miliki adalah adanya teror yang juga berasal dari dalam negeri,” ungkap Greenblatt dalam wawancara di CBS Sunday Morning, Minggu 17 Januari 2021.
Tidak hanya itu, Greenblatt menilai para pendukung Trump tidak main-main untuk melancarkan aksi, meski paham betul mereka akan ditahan oleh aparat keamanan.
“Dan, kemudian adanya penangkapan itu bagaikan sebuah tindakan “pembunuhan” untuk mereka. Bagi mereka ini adalah langkah penting dan mereka akan terus melakukannya. Walaupun mereka akan ditahan seperti ini,” terangnya.
Kepala Biro Garda Nasional AS, Letjen Daniel Hokanson mengatakan, pihaknya bekerja sepenuhnya untuk mengamankan jalannya pelantikan Rabu 20 Januari 2021 mendatang.
“Misi kami di sini adalah untuk melindungan rakyat dan properti negara ini. Dan, kami akan melakukan segalanya untuk memastikan hal itu berhasil,” tegas Hokanson dalam wawancara khusus di Good Morning America.
Advertisement