Anak Yatim pun Harus Produktif, Ini Anjuran Kiai Tholchah Hasan
“Menjadi anak yatim itu sebuah tragedi. Kehilangan bapak dan jaminan hidup ini merupakan goncangan bagi anak-anak. Perasaan ini dikuatkan karena beliau sendiri juga seorang Yatim,” kata Kiai Tholchah Hasan.
KH Tolchah Hasan, pembina Yayasan Masjid Sabilillah Malang, mengingatkan, umumnya panti asuhan hanya mengumpulkan anak-anak tetapi tidak ada target. Sudah saatnya, semua anak yang ditampung dalam Rumah Yatim Produktif, menjadi anak-anak yang harus dipersiapkan menjadi produktif.
“Menjadi anak yatim itu sebuah tragedi. Kehilangan bapak dan jaminan hidup ini merupakan goncangan bagi anak-anak. Perasaan ini dikuatkan karena beliau sendiri juga seorang Yatim,” kata Menteri Agama pada era Presiden KH Abdurrahman Wahid (1999-2001).
Rumah Yatim Produktif, memiliki tujuan agar anak yatim tidak hanya sebagai komoditas. Melainkan meningkatkan identitas anak yatim untuk selalu siap menjadi generasi powerfull di masa mendatang.
Demikian para pengurus Yayasan dan Lazis Sabilillah Malang ketika berniat untuk mendirikan rumah yatim tersebut. Hingga akhirnyadapat diresmikan dalam acara soft launching pada Sabtu, 28 Juli 2018 bersama para Pengurus Yayasan Sabilillah dan para donatur.
Hadir pada kesempatan itu, Ketua Dewan Pembina Yayasan Prof Dr KH Moch Tholchah Hasan, Ketua Umum Yayasan Drs KH Mas’ud Ali MAg, Kabag Kesra dan Kemasyarakatan Setda Kota Malang Drs Ali Mulyanto MM sekaligus mewakii Plt. Wali Kota Malang, Perwakilan dari Kapolres dan Kodim, tokoh masyararakat Tunjungsekar, dan tim pengusul gelar pahlawan untuk KH Masjkur.
"Untuk itu dibutuhkan pendampingan psikologis dari para ahli psikologi untuk memberikan garansi motivasi atau semangat membangkitkan daya ungkit anak-anak menjadi percaya diri."
Kiai Tholchah bercerita, saat kecil sedang menggandol truk untuk rekreasi, bagaimana rasananya diturunkan dari truk karena tidak bisa membayar meskipun murah.
“Ini adalah bagian dari cerita penyesalan, diturunkan dari truk ini merupakan peristiwa yang menyedihkan di saat teman-teman kecilnya mampu membayar untuk rekreasi,” tuturnya, pada ngopibareng.id.
Hari ini, “saya sudah kemana-mana sehingga dengan semangat ini diyakinkan bahwa rumah ini akan mengantarkan mereka menjadi anak-anak yang luar biasa,” pungkas Kiai Tolchah Hasan.
Kiai Tholchah Hasan mengingatkan juga bagaimana para ulama terdahulu seperti Imam Syafii, Al Ghozali juga seorang yatim.
“Sebuah generasi itu selayaknya disiapkan menjadi generasi yang pinter-kreatif-berkarakter. Meski pinter tetapi tidak kreatif maka tidak bisa menjadi apa-apa. Maka rumah ini harus mengantarkan anak-anak yang pinter, kreatif dan berkarakter,” tegasnya.
Untuk itu dibutuhkan pendampingan psikologis dari para ahli psikologi untuk memberikan garansi motivasi atau semangat membangkitkan daya ungkit anak-anak menjadi percaya diri. Selain itu juga harus ditopang oleh pendampingan medis atau kesehatan fisik.
Araital ladzi yukadzibu biddin. Kalau yang pingin tahu orang yang membohongi agama maka lihatlah perlakuan mereka pada anak yatim. Tidak berbuat kasar dengan yatim.
Bila orang jahiliyah ketika melihat anak yatim maka diperebutkan terutamanya jika ayahnya memiliki harta yang banyak, tetapi mereka seringkali menghardik anak-anak itu ketika meminta hartanya. Maka ayat ini turun yang menegaskan bahwa jika kamu ingin tahu siapa yang mendustakan agama maka lihatlah cara mereka dalam memperlakukan anak yatim.
Pesan terakhir dari mengutip pesan KH. Masykur ”kalau hidupmu tidak keleleran maka jangan pernah tidak mengurusi Masjid dan anak yatim,” tegas anak angkat KH Masykur, KH. Tholchah Hasan. (adi)