Anak Sutiyoso Jualan Rawon Rp500 Ribu, Apa Istimewanya?
Salah satu putri mantan Kepala BIN Sutoyoso, Renny Sutiyoso tengah menggeluti bisnis baru. Selama pandemi corona (Covid-19), pemilik nama asli Renny Yosnita Ariyanti ini memilih bisnis kuliner. Dia memilih jualan rawon buntut sapi.
Renny Sutiyoso mematok harga Rp 500.000 untuk 1 kg rawon buntut buatannya. Harga ini sampai viral karena banyak yang menganggap terlalu mahal untuk makanan berkuah hitam ini. Lantas apa istimewanya rawon racikan Renny Sutiyoso ini?
Rawon makanan khas Jawa Timur ini dijual melainkan per ukuran 1/2 kg dan 1 kg buntut, bukan per porsi. “Rawon 1/2 kg seharga Rp 250.000 dan 1 kg seharga Rp 500.000. Aku nggak jualan porsian karena menurut aku jual porsian atau nggak sama-sama repot. Akhirnya jual setengah kilo dan sekilo," terang Renny Sutiyoso.
Renny Sutiyoso bercerita soal bisnis kuliner online yang baru dia rintis April 2020 ini. Rawon dipilih bukan tanpa alasan. Dia menilai hidangan berkuah ini punya rasa familiar di lidah banyak orang Indonesia.
"Terus isinya macem-macem dan cara makannya dihidangkan di rumah, ditata bersama telur, kerupuk, tahu, tempe bacem, sambal, acar daun bawang. Karena aku penginnya orang yang pesen rawon aku juga feeling-nya sama seperti aku lagi makan di rumah sambil ngobrol sama keluarga," terangnya.
Nama yang dipilih Renny Sutiyoso untuk bisnis kuliner barunya itu adalah Rabun Rensut, merujuk pada singkatan "Rawon Buntut Renny Sutiyoso." Dia terjun langsung untuk memasak rawon buntut pesanan pelanggan.
"Semua proses masak masih di rumah. Sekarang masak tetap masih aku, rempah-rempahnya lengkap, potong-potong pakai food processor dan lain-lain. Trust me (percaya sama saya). Ada uang, ada rupa barang," promosinya.
Dalam sehari Renny Sutiyoso bisa memasak 40 kg buntut. Dia menjual online di Instagram dan situs marketplace. Diakui Renny Sutiyoso, PO pemesanan rawon dirinya kini sudah sampai satu bulan. Dia pun tak menyangka kalau bisnis kulinernya bakal viral.
Rawon buntut Renny Sutiyoso dikemas dalam besek bambu. "Karena aku pikir kan rawon dari Indonesia, sayang banget kalau kemasannya kekinian atau modern," ujarnya.
Advertisement