Anak Penyintas Korban Kekerasan di Sidoarjo Dibekali Bela Diri
Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia (YKAI) Jawa Timur membekali anak penyintas korban kekerasan di Sidoarjo dengan kemampuan bela diri Jiu Jitsu. Kegiatan yang diikuti puluhan anak berbagai usia itu digelar di Edotel, Sidoarjo.
Kegiatan tersebut dilakukan dengan tujuan untuk mengembalikan kondisi penyintas anak korban kekerasan. Salah satunya membantu menumbuhkan rasa percaya diri dengan hal-hal positif melalui berbagai upaya pengembangan potensi diri.
Ketua Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia (YKAI) Jatim, drg. Satiti Kuntari, Sp.KGA (K) menyebutkan, pelatihan anak-anak penyintas ini dilatarbelakangi adanya sikap minder dari anak-anak tersebut.
"Mereka cenderung menjauhkan diri dari pergaulan karena merasa tidak sempurna ada sesuatu atas perilaku dan trauma yang didapat. Maka kita lakukan kegiatan pelatihan ini agar mereka dapat menumbuhkan rasa percaya diri kembali dan bangga dengan diri sendiri," ujarnya Rabu 25 Oktober 2023.
Dikatakan dr. Santiti, selain Jiu Jitsu dalam pelatihan peningkatan resiliensi dan kapasitas anak penyintas kekerasan di Sidoarjo juga terdapat pelatihan bidang lain. Seperti sepak bola, musik, menyanyi, melukis, dan fashion show.
Pelatih Jiu Jitsu, Sabdo Sahono mengatakan, tidak mudah dalam melatih anak penyintas korban kekerasan. Butuh perhatian ekstra dari pelatih supaya tidak terjadi hal-hal yang mengingatkan dengan trauma kejadian di masa lalunya.
Sabdo melanjutkan, khusus Jiu Jitsu penyintas anak korban kekerasan, teknik yang diajarkan adalah proteksi. Seperti teknik dasar melawan, menahan menghindari, dan melepaskan tangkapan tangan.
"Teknik ini penting. Karena dalam kasus bullying sering terjadi anak didorong, ditahan juga, biasanya fokus pada bagaimana agar dapat lepas, padahal ada teknik tertentu yang simple tapi efektif, yaitu hanya menundukkan kepala kemudian diputar agar terlepas dengan sendirinya," terangnya.
Pelatih Cahya Ari Wibowo, menjelaskan untuk melatih penyintas anak korban kekerasan, dilakukan beberapa tahapan yang tidak sama dengan anak pada kondisi normal pada umumnya. Dalam hal ini, membuat latihan menjadi menyenangkan, adalah poin penting bagi mereka.
"Bagaimana membangkitkan penyintas anak korban kekerasan, memotivasi untuk lebih berani dan bangkit dari rasa traumanya terlebih dahulu. Awal kita perkenalkan dasar mengenai mengapa kita harus memproteksi diri dan bagaimana caranya," ungkap pelatih Jiu Jitsu dam 6 ini.
Cahya menambahkan setelah anak-anak di keadaan yang normal maka latihan berlanjut pada teknik melawan, menyerang, dan menahan yang menyenangkan.
"Hal ini juga sebagai tujuan agar penyintas anak korban kekerasan lebih aktif untuk bisa berkomunikasi karena telah mampu mengekspresikan diri untuk keluar dari trauma," pungkasnya.
Pembekalan dan pelatihan peningkatan resiliensi dan kapasitas anak penyintas kekerasan Sidoarjo ini sebagai tindak lanjut program Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA). Yaitu melalui Ketua Pusat Studi Gender dan Inklusi Sosial (PSGI) Universitas Airlangga, Prof.Dr.Hj.Emy Susanti, MA yang dilimpahkan kepada Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia (YKAI) Jawa Timur.