Anak Pengepul Rongsokan Ingin Kuliah di FK Unair Terkendala Biaya
Setiap anak memiliki cita-cita untuk mengangkat derajat keluarganya. Keinginan ini yang di benak Fandi Achmad Ramadhan. Anak seorang pengepul rongsokan di Surabaya ini bercita-cita menjadi seorang dokter. Oleh karena itu, ia ingin masuk Fakultas Kedokteran (FK) Unair.
Fandi yang duduk di kelas 12 SMA Amanatul Ummah Jalan Siwalankerto Surabaya, memiliki prestasi Olimpiade Sains di tingkat nasional hingga internasional. Kendati berprestasi secara akademik, tetapi impian untuk kuliah terkendala biaya.
Dengan air mata berlinang, ayah Fandi, Ahmad Mustalini bercerita dirinya sempat kaget mengetahui keinginan anaknya untuk kuliah di Unair. Pria 44 tahun tersebut menyekolahkan dan menitipkan anaknya di sekolah (mondok) agar memiliki kemampuan membaca dan menulis. Tapi siapa sangka, Fandi justru memiliki ketertarikan di bidang sains dan berprestasi.
"Saya kaget waktu liburan kapan hari, dia (Fandi) bilang ingin sekolah di Unair. Apa bisa kondisi seperti saya ini bisa menyekolahkan anak di sana. Saya saja tidak pernah tahu Unair dimana, hanya tahu namanya waktu anak saya bilang kemarin," tutur pencari sekaligus pengepul rongsokan ini.
Penghasilan Rp100 Ribu
Ahmad pesimis bisa membiayai kuliah anaknya. Selama ini, keluarganya hanya mengandalkan hidup dari hasil rongsokan. Penghasilannya tak menentu. Bila sedang bernasib baik, Ahmad bisa mendapatkan Rp100 ribu sampai Rp150 ribu per harinya. Sebaliknya, dia juga bisa tidak mendapatkan uang sama sekali.
"Kadang juga tidak dapat sama sekali, paling banyak ya 150 ribu (rupiah) itu dapatnya," ungkapnya.
Menurutnya, pendapatan pengepul rongsokan saat ini tidak menjanjikan seperti yang dibayangkan masyarakat. Sejak pandemi COVID-19 penghasilan pengepul rongsokan pun ikut terjun bebas.
"Sejak carona itu waduh, penghasilan jauh berkurang. Saya tidak tahu kenapa, apa karena semua kebutuhan mahal atau bagaimana, tapi harga rongsokan juga sangat turun," keluh pria asal Madura ini.
Ahmad dan istrinya, Cholifatur Rosidah sadar bahwa biaya untuk mendukung cita-cita anaknya menjadi dokter sangat besar. Hal ini pun membuat pasangan suami istri tersebut gelisah dan stres. Mereka tak ingin mengecewakan anaknya. Tapi kondisi ekonomi keluarga tak memungkinkan untuk anaknya melanjutkan kuliah.
"Saya orang tua apapun saya kerjakan siang sampai malam untuk anak-anak saya. Saya cuma berdoa anak saya, anak tukang rongsokan bisa sekolah tinggi seperti itu. Semoga Allah bisa mengabulkan cita-citanya," harapnya.
Prestasi Fandi
Ahmad menceritakan, ia terharu sekaligus bangga ketika anaknya yang mondok menelepon dirinya dan memberitahu bahwa ia berhasil masuk lima besar dalam olimpiade sains tingkat nasional.
"Waktu dia telpon saya, bilang 'Yah, saya masuk lima besar olimpiade sains' dia bilang kurang sedikit lagi saya mau dapat perunggu," kata Ahmad sambil menangis haru.
Awalnya, ia tak tahu apa itu olimpiade. Sepengetahuannya olimpiade hanya untuk perlombaan olahraga.
"Saya pikir olimpiade itu olahraga, ternyata dia bilang ini olimpiade adu kepintaran. Dari situ saya bangga dengan anak saya, tapi juga khawatir tidak bisa memenuhi cita-citanya," terangnya.
Fandi sebenarnya tahu kondisi orang tuanya. Untuk itu, beberapa kali Fandi mengutarakan kepada Ahmad untuk ikut jalur beasiswa di Unair. Ahmad mengungkapkan, saat ini Fandi juga berusaha untuk menghapal Alquran, ada 8 s ampai 10 Juz yang sudah dihafalkan.
Seperti diberitakan Ngopibareng.id sebelumnua, Unair menyedikan golden ticket untuk mahasiswa berprestasi, salah satunya penghapal Alquran dengan syarat dan ketentuan yang berlaku.
"Beberapa kali dia telepon saya, minta saya menyimak hafalannya. Dia bilang kalau mau masuk Unair bisa dengan jalur beasiswa," ungkap Ahmad.
Selain itu, Fandi rupanya juga mengikuti kelas akselerasi di sekolahnya, sehingga ia menempuh SMA hanya dalam waktu dua tahun.
Sebagai orang tua, Ahmad hanya bisa berdoa agar anaknya bisa mencapai keinginannya kuliah kedokteran di Unair dengan jalur apapun. "Semoga cita-citanya terlaksana, apapun jalur masuknya," tandasnya.
Perhatian dari DPRD Kota Surabaya
Kisah ini sampai ke telinga Wakil Ketua DPRD Kota Surabaya, A.H Thony. Pihaknya pun sempat melakukan kunjungan dan memberikan semangat pada Ahmad dan istrinya, untuk terus mendukung cita-cita sang anak.
"Kami menangkap dulu semangat dari orang tua dan anaknya, kami pasti bantu karena salah satu keinginan kami juga mendongkrak SDM dari segi kualitas pendidikan," terang Thony saat berkunjung ke rumah orang tua Fandi di Jalan Jemursari 8, Surabaya.
Ia pun mendorong, agar Pemerintah Kota Surabaya bisa memberikan intervensi berupa beasiswa. Seperti diketahui, Pemkot Surabaya menyediakan beasiswa pendidikan salah satunya beasiswa pemuda tangguh, untuk anak berprestasi dan dari keluarga tidak mampu.
"Tentu kami tidak menutup mata untuk beasiswa, apalagi si anak sudah memiliki semangat hanya kurang pada keadaan saja. Anak ini kan ikut akselerasi selama 2 tahun, jadi bisa dilihat bahwa dia juga memiliki prestasi yang luar biasa," tandasnya.
Advertisement