Anak Muda Jember Minta Komitmen Anies Turunkan Biaya Pendidikan
Calon Presiden RI, Anies Baswedan berdialog bersama puluhan mahasiswa, di Kafe Nuansa, Kecamatan Sumbersari, Jember, Sabtu, 28 Oktober 2023 malam. Anies hanya sendiri. Mantan Gubernur DKI Jakarta itu tidak ditemani calon wakil presiden, Muhaimin Iskandar.
Sejumlah perwakilan menyampaikan aspirasi dan pertanyaan. Salah satunya, Rido, mahasiswa asal Jember yang menempuh pendidikan dokter di Perguruan Tinggi Swasta di Malang.
Ridho dalam argumentasinya menyampaikan terkait kesenjangan pelayanan kesehatan di Indonesia, karena persebaran dokter yang tidak merata. Dokter selama ini bertumpuk di pulau Jawa.
Sementara di Indonesia bagian Barat dan Timur jumlah dokter sangat minum. Bahkan ada sebuah kecamatan di Indonesia bagian Timur tidak memiliki puskesmas. Padahal kesehatan merupakan salah satu kebutuhan primer.
Pemenuhan pelayanan kesehatan juga menjadi salah satu penggerak bangsa. Tanpa kesehatan, masyarakat Indonesia yang tidak akan mampu melakukan aktivitas.
"Terkait persebaran dokter, masih timpang di Indonesia ujung Timur dan Barat. khususnya Timur sangat kurang. Salah satu kecamatan di Indonesia bagian Timur ada yang tidak memiliki puskesmas," ujarnya.
Selain menyinggung persebaran dokter yang timpang, Ridho juga menyinggung mahalnya pendidikan kedokteran. Ridho mencontohkan dirinya yang harus membayar SPP per semester sebesar Rp23 juta.
Setelah membandingkan dengan biaya pendidikan kedokteran di perguruan tinggi negeri, ternyata ada perbedaan. Pendidikan kedokteran di perguruan tinggi swasta lebih mahal dibandingkan perguruan tinggi negeri.
Sebab, dalam perguruan tinggi negeri terdapat klasifikasi besaran Uang Kuliah Tunggal yang harus dibayar mahasiswa tiap semester.
Ridho kemudian juga mengeluhkan mahalnya pendidikan kedokteran gigi di perguruan swasta. Istri Ridho yang menempuh pendidikan kedokteran gigi di Yogyakarta harus membayar uang semester Rp25 juta.
Bahkan setiap ada pasien, biayanya dibebankan kepada mahasiswa yang sedang KOAS. Mahasiswa masih perlu mengeluarkan uang saat melayani pasien.
Bahkan, Ridho menceritakan pengorbanan istrinya membiayai transportasi pasiennya yang pulang dari Yogyakarta ke Bima saat waktu kontrol.
Ridho berharap, Anies berjanji jika terpilih sebagai Presiden Indonesia membenahi kebijakan yang menyangkut biaya pendidikan, khususnya kedokteran. Ridho khawatir biaya pendidikan kedokteran yang mahal akan menyebabkan masyarakat tidak tertarik belajar ilmu kedokteran, yang mengakibatkan Indonesia kekurangan dokter.
"Ada pasien datang, kita yang bayar. Pernah ada pasien istri saya yang pulang ke Bima saat waktunya kontrol. Biaya perjalanan Bima ke Jogja istri saya yang menanggung menggunakan uang pribadi," pungkasnya.
Atas pernyataan tersebut, Anies Baswedan menyatakan komitmennya menelan biaya pendidikan agar terjangkau. Sebab pendidikan menjadi eskalator naiknya sosial ekonomi bangsa.
Anies melihat pendidikan tinggi di Indonesia saat ini hanya mampu dijangkau oleh anak dari para orang tua yang berpendidikan.
Sementara terkait mahalnya biaya pendidikan, Anies menilai tidak terlepas dari kebijakan politik yang dibuat pemerintah. Karena itu, Anies mengajak pemuda selalu menagih dan menawar kepada para calon presiden yang siap memperjuangkan pendidikan dengan harga terjangkau.
Kebijakan politik tentang biaya pendidikan yang mahal telah membawa perguruan tinggi menjadi semacam industri. Padahal industrialisasi pendidikan cukup berbahaya.
Anies memiliki konsep tentang pengeluaran pendidikan. Semestinya pengeluaran pendidikan tidak dicatat sebagai biaya, melainkan sebagai investasi. Investasi tidak berbicara mahal atau murah, tetapi melihat hasilnya besar atau kecil.
"Pengeluaran pendidikan seharusnya tidak dicatat sebagai biaya tetapi investasi. Investasi tidak berbicara murah dan mahal. Pendidikan saat ini mahal karena dicatat sebagai biaya," katanya.
Terkait persoalan persebaran dokter yang tidak merata, menurut Anies, negara tidak bisa memaksa. Sebab, sejauh ini para dokter profesional menempuh pendidikan menggunakan biaya mandiri.
Karena itu, Anies berkomitmen porsi pendidikan hanya banyak dipegang negara. Dengan demikian beban masyarakat menjadi kecil.
“Bagaimana mungkin negara menuntut dokter ke daerah terpencil, sementara mereka kuliah bayar sendiri,” pungkasnya.