Anak Jualan Peyek Merangkak sudah dapat Bantuan Pemkot Surabaya
Nama Cyntya Afrianti Amala viral. Gadis 17 tahun ini jadi perbincangan netizen lantaran videonya berjualan peyek viral di platform digital TikTok. Ya, Cyntya merupakan disabilitas. Ia tidak bisa berjalan secara normal, melainkan merangkak. Tetapi, semangat kerjanya patut diacungi jempol.
Menurut Cyntya, video viral tersebut adalah video lama yang diambil sekitar Maret 2023 di kawasan RSUD Dr Soetomo Surabaya. Ia bercerita, video tersebut diambil oleh orang yang mengaku bagian dari komunitas sosial.
Menurutnya, komunitas itu menawarkan untuk membantu keluarga Cyntya. Dengan cara memviralkan video Cyntya saat jualan peyek melalui media sosial agar mendapat simpati dan bantuan dari masyarakat.
"Itu videonya diambil di kawasan Petojo dekat RSUD Dr Soetomo Surabaya. Awalnya ditawari, katanya biar banyak orang yang donasi, bantu," ujar Cyntya yang memiliki keterbatasan pada kedua kakinya ini.
Mengenai video anaknya yang viral tersebut, Sumiyati, ibunda Cyntya mengaku tak kuasa melihatnya. Video tersebut seolah dibuat berlebihan atau mendramatisir keadaan yang ada.
Perempuan 47 tahun itu justru bersedih ketika mengetahui anaknya viral dengan cara seperti itu.
"Saya diberitahu tetangga, katanya viral. Tapi sampai sekarang tidak berani melihat videonya, sampai segitunya, nangis saya, terlalu berlebihan. Saya minta maaf karena videonya viral, minta maaf juga kepada Pak Lurah," ungkap Sumiyati.
Menurut cerita Sumiyati, ia berjualan peyek buatannya sendiri di bulan Ramadhan lalu. Awalnya, ia jualan di rumah sakit Nginden, karena Cyntya terapi di RSUD Dr Soetomo, akhirnya coba-coba jualan di sana.
"Tapi kalau sekarang, saya ikut kerja cabut benang di konveksi," sambungnya.
Pindah KK Warga Surabaya Belum Lama
Rupanya, keluarga Cyntya asli Mojokerto. Sekitar 12 tahun yang lalu, Sumiyati bersama suami dan kedua anaknya memilih tinggal indekos di dekat rumah saudaranya kawasan Kendangsari Surabaya.
Meski sudah lama tinggal di Kota Pahlawan, Sumiyati enggan pindah KK Surabaya. "Karena memang tidak punya rumah, di Surabaya ini saya ngekos, makanya saya bingung," katanya.
Ketika Cyntya ingin masuk SMA Negeri, Sumiyati berinisiatif menitipkan anaknya itu masuk KK budenya di alamat Jalan Kendangsari Gang Lebar No 102B Surabaya, pada Agustus 2022.
Sementara Sumiyati bersama suami dan anak nomor tiga, administrasi kependudukannya masih berstatus warga Mojokerto.
Cyntya ternyata belum satu tahun masuk KK Surabaya. Akibatnya, ia tidak diterima SMA Negeri. Cyntya lantas ditawari oleh lurah setempat untuk sekolah PKBM paket C, pada Januari 2023. Tapi Cyntya menolak. Ia tidak mau bersekolah.
"Kalau sekarang Cyntya sudah mau sekolah kejar Paket C," tambahnya.
Seiring berjalannya waktu, Sumiyati pun ingin pindah KTP dan KK Surabaya. Inisiatif itu muncul karena melihat kondisi suaminya yang sakit dan membutuhkan banyak biaya pengobatan.
Akhirnya, ia memutuskan pindah KK Surabaya dengan menumpang alamat saudaranya di Jalan Kendangsari Gang Lebar No 102B. Setelah itu, Cyntya pun lantas ditarik masuk ke dalam KK Sumiyati yang diterbitkan pada 26 Juni 2023.
"Pindah Surabaya biar kalau berobat tidak jauh-jauh ke Mojokerto. Kemudian juga pindah KK Surabaya biar Cyntya bisa masuk ke sekolah negeri. Karena di Surabaya ini apa-apa gratis," ungkapnya.
Intervensi dari Pemkot Surabaya
Akibat video viral tersebut keluarga Cyntya mendapatkan intervensi dari Pemkot Surabaya meskipun baru saja resmi menjadi warga Surabaya.
Pemkot Surabaya memiliki regulasi kebijakan terkait intervensi bantuan sosial kepada warganya. Intervensi diprioritaskan bagi warga miskin yang tercatat KTP Surabaya di bawah tahun 2021.
Meski demikian, Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Surabaya, M Fikser mengatakan, Pemkot tak bisa menutup mata bila ada warganya yang kesulitan.
"Walaupun Bu Sumiyati sudah lama indekos di Surabaya, tapi administrasi kependudukannya (KK) belum satu tahun Surabaya. Meski begitu, kami (pemkot) tidak tutup mata, tetap memberikan intervensi kepada keluarga Bu Sumiyati," jelas Fikser.
Menurutnya, regulasi pindah KK atau KTP Surabaya, pihak pengampu juga memiliki tanggung jawab besar terhadap warga luar daerah yang ditanggungnya. Seperti misalnya, terhadap keluarga Sumiyati tersebut.
"Artinya, pihak pengampu ini ketika menampung keluarganya dari luar daerah untuk masuk KK Surabaya, juga memiliki tanggung jawab. Baik itu memastikan kondisi sosial keluarga yang ditampungnya maupun ekonominya," bebernya
Sementara itu, Camat Tenggilis Mejoyo Surabaya, Wawan Windarto menjelaskan, pemkot telah memberikan sejumlah intervensi kepada keluarga Sumiyati. Salah satu intervensi itu berupa bantuan tebus ijazah SMP Cyntya juga BPJS Kesehatan.
"Bantuan tebus ijazah SMP Cyntya kita ajukan ke Baznas Surabaya pada November 2022. Saat kita ajukan itu, KK Cyntya masih ikut budenya di Kendangsari Surabaya," tandasnya.