Anak-anak Tengger Flashmob, Cari Dukungan Festival Jathilan Bromo
Anak-anak suku Tengger bikin flashmob di atas lautan pasir. Yang di-flashmob-kan adalah tarian jaranan gaya Bromo. Flashmob yang viral di medsos itu dimaksudkan untuk mencari dukungan luas untuk Festival Jathilan Bromo, 24 Agustus mendatang.
Ada yang menarik di Flashmob Festival Jathilan Bromo itu. video berdurasi 4 menit 12 detik ini menonjolkan penari anak-anak asli suku Tengger. Tak ada yang mengira anak-anak yang tinggal di kawasan Bromo-Tengger-Semeru bisa diajak flasmob dengan asiknya.
Flashmob dengan model tarian seperti ini memang bukan yang pertama dibuat. Sebelumnya, pernah viral di dunia maya flashmob tarian Bambang Cakil di Jogyajarta. Namun, flashmob ini menjadi terkesan sangat istimewa karena lokasi pengambilan gambarnya di Segara Wedi atau Laut Pasir. Di latar depan Gunung Bromo yang sangat indah.
Remaja perempuan yang menari di barisan adalah Lisvianingrum, pelajar 14 tahun dari SMP Negeri 7 Sukapura, Probolinggo. Ada juga anak lelaki kelas 5 SD bernama Frandita Pudyas Lesmana. Tampilannya bak anak metropolitan. Rambut dikucir dengan anting-anting di telinga sebelah kiri.
Via dan Frandi akan tampil bersama 18 anak-anak lain dari SD Negeri Perbanas Ngadirejo, Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo. SD yang dimaksud sempat hancur akibat erupsi besar Gunung Bromo tahun 2010-2011. Kemudian, SD ini dibangun kembali oleh Asosiasi Perbankan Indonesia, Perbanas.
“Pembuatan flashmob Festival Jathilan Bromo, anak-anak itu latihan selama sehari," kata Dr. KRT Kuswarsantyo Tjondrowaseso, si Doktor Jathilan, pelatih njathil massal itu.
Bupati Probolinggo Puput Tantriana Sari mengaku sempat tidak percaya ketika melihatnya pertama kali. Awalnya, ia berpikir talent-talent yang ditampilkan adalah anak-anak sanggar tari dari daerah lain.
"Jujur, sebelumnya saya mengira anak-anak itu adalah murid Pak Santyo. Mereka cakep-cakep dan luwes menari jathilan. Setelah diberitahu bahwa mereka adalah warga asli Tengger, saya benar-benar sangat bangga,” ungkapnya.
Puput mengatakan, Festival Jathilan Bromo merupakan pentas budaya tradisional, khususnya seni jatilan. Kegiatan ini digelar sebagai upaya untuk meningkatkan daya tarik kawasan wisata Bromo, yang selama ini sudah sangat dikenal sebagai destinasi wisata alam. (*)
“Festival Jathilan Bromo diharapkan dapat melengkapi event-event lain. Seperti Upacara Kasada dan Eksotika Bromo, serta Jazz Gunung Bromo yang selama ini sudah digelar di kawasan wisata Bromo,” jelasnya.
Berbeda dengan Jazz Gunung Bromo yang dihelat setiap tahun, Festival Jathilan Bromo akan dipentaskan setiap bulan dengan jadwal yang sudah ditentukan sebelumnya. Setelah diluncurkan pada 24 Agustus mendatang, gelaran berikutnya akan berlangsung tanggal 28 September, 19 Oktober, 9 November, dan 28 Desember. Sementara untuk Grand Final akan dilaksanakan pada Agustus 2020, di Laut Pasir Bromo.
“Pada pembukaan nanti, akan ditampilkan beberapa kelompok seni jathilan dalam format eksibisi. Mulai September, barulah menjadi format lomba atau kompetisi di antara kelompok-kelompok seni jathilan dari daerah-daerah di Indonesia. Kegiatan akan dipusatkan di Amfiteater Terbuka Bromo, Desa Wonotoro, Kecamatan Sukapura, Probolinggo,” bebernya.
Puput menegaskan, kompetisi yang mewarnai Festival Jathilan Bromo menjadi lomba paling bergengsi. Sebab, panitia menyiapkan total hadiah berupa uang tunai sebesar Rp100 juta. Hadiah itu akan diserahkan dalam bentuk dana pembinaan seni. Selain itu, penampil terbaik akan menerima Piala Menteri Pariwisata.
Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Kemenpar Rizki Handayani menyatakan, Bromo sendiri adalah sebuah destinasi wisata gunung terindah dan mudah diakses nomor 3 di dunia. Pamor Bromo berada di bawah Gunung Olympus di Yunani dan Gunung Elbrus di Rusia.
“Gunung Bromo mengalahkan Fujiyama, Sinai, dan gunung-gunung terkenal lainnya di dunia. Festival Jathilan Bromo akan membuat nama Bromo semangkin terangkat. Bukan hanya sebagai wisata kelas dunia, tetapi sebagai destinasi prioritas yang masuk dalam 10 Bali Baru,” terangnya.
Menteri Pariwisata Arief Yahya mengaku mensupport penuh gelaran Festival Jathilan Bromo 2019. Karenanya, ia pun sepakat jika penampil terbaik bakal menerima Piala Menteri Pariwisata, sebagai bentuk apresiasi yang tinggi.
“Pelibatan anak-anak pada Festival Jathilan Bromo 2019 diharapkan dapat merangsang kecintaan mereka pada warisan seni budaya lokal. Sebab, merekalah generasi penerus yang akan melestarikan budaya tersebut. Mudah-mudahan, kegiatan ini juga dapat mengangkat sektor pariwisata, khususnya di untuk kawasan Bromo-Tengger-Semeru,” tandasnya. (*)