Anak Korban Bencana Longsor Bogor Tak Bisa Sekolah
Sebanyak 766 pengungsi bencana tanah longsor di Desa Rancanangka, lereng Gunung Salak, Bogor, masih menjadi penghuni di tenda pengungsian di lapangan SDN 3 Desa Cileuksa Kecamatan Sukajaya Kabupaten Bogor Jawa Barat.
Bencana yang terjadi 1 Januari 2020, mengakibatkan ratusan rumah warga di 11 kampung rusak berat, dan sebagian lagi terkubur tanah. Peristiwa mengenaskan ini terjadi saat hujan deras mengguyur kawasan Sejabodetabek pada malam tahun baru 2020.
Di balik penderitaannya, mereka masih bersyukur. Dalam bencana alam ini tidak ada korban jiwa, hanya beberapa orang yang terluka ketika menyelamatkan diri. "Alhamdulillah di Kecamatan Sukaya tidak ada korban jiwa, hanya beberapa orang saja yang mengalami luka luka,"kata koordinator korban tanah longsor Desa Cileuksa, H Opik kepada ngopibareng.id Sabtu 19 Januari 2020.
Pengungsi tanah longsor di Desa Rancanangka di tempatkan di lapangan SDN 3 Cileuksa, sekitar 2 kilometer dari titik bencana karena arealnya cukup luas, dan lokasinya tidak berada di lereng gunung yang rawan longsor.
Pemkab Bogor rencananya merelokasi warga ke tempat lain yang lebih aman.
Forum Komunikasi Wartawan Pendidikan (Fortadik) mengunjungi anak-anak korban tanah longsor yang menempati tenda darurat di lapangan SDN 3 desa Cileuksa, Sabtu 18 Januari 2020.
Mereka menyatakan keinginan bisa kembali ke sekolah, belajar bersama teman temanya seperti semula.
Anak-anak itu mengungkapkan keriangannya ketika menerima bantuan tas sekolah, alat tulis dan seragam sekolah dari kawan kawan Fortadik peduli bencana alam.
Beberapa wartawan tampak sesenggukan ketika ada seorang anak tiba tiba mengajukan kapan bisa sekolah lagi.
"Bu kapan saya bisa kembali sekolah, belajar bersama sama seperti dulu," tanya siswa kelas lima SD bernama Inayah.
"Sabar sayang, sementara belajar di tenda dulu, kalau sudah aman," belajar di sekolah lagi," jawab seorang anggota Fortadik, Citra sambil menyerahkan tas sekolah.
"Terima kasih Bunda," jawab Inayah. Dia adalah satu dari 75 anak usia belajar yang tunggal di tenda darurat.
Untuk menjangkau lokasi longsor di desa Ciuleksa ini dari Jakarta memerlukan waktu sekitar 5 jam. Selain jalannya berliku, licin dan terjal.
"Wah kalau nggak hati hati, kita malah yang jadi berita," kata Fatima yang duduk di bak mobil terbuka sambil menjaga barang barang. Ia ditemani Makruf.
Koordinator lapangan, Indri mengatakan sebenarnya ada dua lokasi yang disasar selain Desa Cileuksa, yakni Pondok Pesantren Imadul Balaghoh Desa Pasir Madang Kecamatan Sukajaya. Pondok ini mengalami rusak berat diterjang banjir bandang awal tahun baru 2020. Masjid, ruang belajar dan asrama santri dipenuhi lumpur dan meterial yang terbawa banjir.
Tapi kunjungan ke Ponpes Imadul Balaghoh dibatalkan, selain medannya yang masih tertimbun material, cuaca cukup gelap.
Bantuan termasuk sarung, tas peralatan sekolah diserahkan melalui pengurus pondok, Iwan Setiawan. Laporan yang ia sampaikan, bantuan tersebut akan diserahkan hari ini 19 Januari 2020. "Bantuan dari teman teman media Insyaallah kami bagikan hari Minggu ini," kata Kang Iwan.
Banyak cerita yang dialami anggota Fortadik yang ikut ke lapangan. Ada yang mengeluh kelaparan, kebanting di lumpur, Hp terjatuh dan pecah.
"Meski pun perjalanannya cukup jauh dan melelahkan, tapi teman teman senang," kata korlap Fortadik peduli bencan Indri. Ini merupan gelombang ketiga misi kemanisian Fortadik. Pertama di Kabupaten Lebak, kemudian Tangerang Selatan dan Bekasi. Terakhir Bogor.