Anak-anak Bisa Jadi Carrier Covid-19, Ini Penjelasannya
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) akan memulai Tahun Ajaran Baru 2020/2021 pada 13 Juli 2020. Hal ini menepis adanya permintaan pengunduran Tahun Ajaran Baru 2020/2021 ke bulan Januari 2021.
Saat sekolah akan kembali dibuka, tentu kekhawatiran orangtua muncul tentang bagaimana kondisi anak-anak mereka bila terpapar virus Covid-19 di luar rumah.
Menanggapi hal tersebut, dokter spesialis anak dr Diana Amilia Susilo SpA IBCLC mengatakan, penularan pada anak-anak bisa terjadi saat mereka bekerumun dengan temannya yang mungkin carrier.
"Penting bagi orangtua dan guru untuk menekankan pada anaknya tentang physical distancing dan perilaku hidup bersih. Secara alamiah anak-anak lebih sulit untuk menjaga jarak dengan temannya, bermain, berkumpul, bergurau, dan lainnya," kata Diana.
Diana menjelaskan, imunitas anak saat terpapar virus tidak sekuat orang dewasa. Bila terpapar Covid-19, anak-anak cenderung tidak bergejala hingga bergejala ringan.
"Tapi kondisi ini membuat mereka (anak-anak) berpotensi menyebarkan atau menjadi carrier, atau juga bisa tertular," imbuhnya.
Jika anak-anak tertular dari temannya di sekolah, bahayanya adalah anak-anak tersebut bisa menularkan pada anggota keluarga lain di rumah, seperti ayah, ibunya, atau kakek dan neneknya.
"Bila virus ini terpapar pada usia lanjut, ada kemungkinan gejala menjadi berat," tambahnya.
Salah satu faktor yang membuat anak-anak tidak terlalu bergejala berat ketika terpapar Covid-19 adalah sistem imun tubuhnya berbeda dengan orang dewasa.
Reseptor atau tempat virus menempel pada sel-sel tubuh anak belum terbentuk dengan sempurna dalam hal kualitas maupun kuantitas. Meski demikian anak-anak tetap bisa menularkan dan tertular.
"Jadi orangtua dan guru harus bisa memberikan imbauan kepada para anak-anak ini untuk mematuhi perilaku hidup bersih di sekolah dan di rumah, termasuk penggunaan masker dan rajin cuci tangan," tutupnya.