Amnesty Unair: Pemilih Muda Kudu Melek Terhadap Calon Pemimpinnya
Amnesty International Indonesia Chapter Universitas Airlangga merupakan organisasi yang berfokus dalam penyelenggaraan dan penyadaran publik akan isu-isu hak asasi manusia. Organisasi ini bergerak secara independen dan tidak terafiliasi dengan kepentingan politik pihak mana pun.
Ketua Amnesty Chapter Unair Wahyuning Mei Savira menyampaikan pandangan dam keresahan yang lahir dari organisasinya menjelang penyelenggaran Pemilu 2024.
Amnesty Chapter Unair memiliki harapan kepada sosok wakil rakyat dan pemimpin bangsa yang akan menentukan kebijakannya, selaras dan berlandaskan dengan prinsip-prinsip Hak Asasi Manusia (HAM).
"Sosok yang kami dambakan adalah mereka yang mempunyai komitmen penuh dalam memprioritaskan agenda yang selaras dengan prinsip-prinsip hak asasi manusia serta yang dapat menjadikan paradigma dan semangat perwujudan keadilan sebagai pijakan utama dalam proses perumusan kebijakan," ungkapnya, Selasa 13 Februari 2024.
Menurutnya, faktor kemanusiaan selama ini kerap kali luput dan menjadi dimensi yang dikorbankan dalam perhitungan untung rugi suatu kebijakan yang dirumuskan untuk rakyat.
"Di sini kami mendesak supaya paradigma itu menjadi arus utama dalam setiap pijakan perumusan kebijakan seperti itu dan terikat dengan berbagai instrumen hukum administrasi nasional sehingga negara ini sudah mempunyai kewajiban untuk menghargai hak setiap warga negara," katanya.
Vira, sapaan akrabnya juga berharap, masyarakat bisa mendapat wakil rakyat yang memang berjuang dan bergerak atas kepentingan rakyat tanpa terkecuali, utamanya bagi kaum marginal pada periode kepemimpinan ini, masih belum diakomodasi suaranya.
"Kami juga berharap wakil rakyat yang terpilih mengedepankan sifat pengambilan keputusan yang 'Down to Top', sehingga segala macam keputusan maupun kebijakan berdasarkan kepada aspirasi rakyat, bukan atas dengan kepentingan individu maupun kelompok," tegasnya.
Aspirasi Amnesty International Indonesia Chapter Unair terhadap wakil rakyat adalah jangan hanya mendengarkan suara rakyat setiap lima tahun sekali saja, tetapi rakyat harus terlibat langsung dalam pengambilan kebijakan.
Vira juga berharap, agar setiap calon yang sudah melibatkan isu HAM dalam rencana program jangan sampai terhenti sebatas janji politisi saja.
"Tetapi mereka benar-benar harus menuntaskan itu dan juga ditunaikan hingga tuntas. Jangan juga hanya menjadikan suara kaum minoritas sebagai alat untuk pengeruk suara saja," tuturnya.
Para kandidat yang terpilih nantinya harus bisa memutus rantai impunitas. Dirinya berharap, jangan sampai pelanggaran HAM serta aksi-aksi represif terhadap masyarakat yang sudah terjadi, tetap dipertahankan oleh mereka.
"Harapannya tidak ada lagi masyarakat yang ruang hidupnya dirampas oleh negara dan korporasi. Tidak ada lagi masyarakat yang dikriminalisasi karena kritis dan benar, tidak ada lagi kelompok yang dipersekusi hanya karena disparitas identitas, dan tidak ada lagi keluarga korban pelanggaran HAM berat di masa lampau yang harus menanti berlarut-larut untuk memperoleh keadilan," tegasnya.
Amnesty International Indonesia Chapter Unair juga mengajak generasi muda, khususnya pemilih pemula, untuk tidak terdistraksi dengan gimmick maupun hal-hal receh yang sengaja digaungkan untuk bisa menutupi substansi.
"Juga untuk menjauhkan kita supaya kita tidak menjadi kritis. Saya yakin teman-teman mempunyai nalar kritis dan juga modal yang besar untuk bisa berfokus ke substansi. Jangan sampai kita semakin terjauhkan dengan substansi yang sebenarnya," paparnya.
Para pemilih muda juga harus getol untuk menguliti lebih dalam dan melihat arah gerak program, rekam jejak, janji, dan yang akan mereka bawakan selama lima tahun mendatang.
"Apakah memang perubahan yang mereka tawarkan itu sesuai dengan kebutuhan kita saat ini? Apakah agenda mereka sudah berfokus untuk melindungi dan juga memenuhi hak asasi kita di segala bidang? Apakah solusi yang mereka berikan itu dapat benar-benar menjawab pertanyaan kita? Apakah gagasan yang mereka bangun itu sudah berdasarkan dengan perspektif kemanusiaan dan juga keilmuan terkait?," tegasnya.
Mahasiswi Prodi Hubungan Internasional ini juga mengajak para pemilih muda untuk tidak goyah dengan praktek-praktek monetatif, yang sengaja menurunkan standar idealisme kita dalam memilih pemimpin amanah
"Amanah kita harus disalurkan kepada orang-orang yang memang kompeten dan mempunyai komitmen dalam membawa Indonesia supaya dapat memenuhi, menghargai, dan melindungi hak asasi manusia," pungkasnya.