Pengamat Politik: Amien Rais Sedang Dirundung Kegelisahan
Politikus senior Amien Rais dinilai sedang dirundung kegelisahan, menyusul sikapnya yang mendesak warga Muhammadiyah untuk tegas menentukan pilihan dan satu suara dalam Pilpres 2019 mendatang.
Pengamat politik Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, Prof Akhmad Muzakki mengatakan kedatangan Amien pada Selasa, 20 November 2018 kemarin adalah bentuk intervensinya terhadap gerak Haedar Nasir sebagai Ketua Umum PP Muhammadiyah yang sekarang.
"Kehadiran Amien itu sebagai bentuk kegelisahan antara mantan tokoh tertentu dengan organisasi yang ada di dalam struktur. Saya kira itu bagian dari kegelisahan Pak Amien," ujarnya saat ditemui di Hotel JW Marriott, Surabaya, Rabu 21 November 2018.
Sementara itu, menurut pengamat politik dari Universitas Airlangga Surabaya Airlangga Pribadi, Amien tak semestinya mengutarakan ultimatum tersebut di depan publik Muhammadiyah yang selama ini dikenal terbiasa dengan perbedaan.
"Muhammadiyah sendiri juga dikenal merupakan organisasi keislaman yang terbiasa dengan perbedaan," kata Airlangga, ditemui di lokasi yang sama.
Soal Amien yang mendesak warga Muhammadiyah agar mengikuti statemennya, dengan menyeret tingginya tingkat keterpilihan dia saat menjadi Ketua PP Muhammadiyah dengan suara sebesar 98,5 persen, Airlangga berpendapat hal itu adalah suara segelintir elit Muhammadiyah belaka.
"Dalam konteks itu maka kemudian, suara Pak Amien Rais itu juga harus kita pahami sebagai salah satu suara dari kalangan elit tokoh Muhammadiyah, tapi bukan seluruh suara dari Muhammadiyah," katanya.
Warga Muhammadiyah, ujar Airlangga pun dirasa tak harus selalu menuruti arahan Amien tersebut, sebab di dalam tubuh organisasi Islam yang menginjak usia 106 tahun ini ada pula tokoh-tokoh yang juga bisa memberikan pengaruh baik.
"Saya pikir Pak Amien memang salah satu tokoh yang penting di Muhammadiyah, tapi Muhammadiyah bukan hanya Amien Rais. Di Muhammadiyah juga ada kalangan tokoh-tokoh lain yang juga signifikan," kata dia.
Di sisi lain, keputusan Haedar Nasir yang membebaskan pilihan warga Muhammadiyah menentukan pilihannya dalam Pilpres 2019 mendatang adalah hal yang tepat bagi Airlangga.
Kendati mengundang kecaman oleh Amien Rais, Airlangga mengatakan hal itu adalah keberhasilan tersendiri yang dibuat oleh Haedar. Menurutnya, kebebasan yang diberikan itu malah makin memperkaya dan menambah ruang-ruang dialog di dalam tubuh Muhammadiyah itu sendiri.
"Dalam konteks sebagai pemimpin, Pak Haedar telah memberikan pilihan yang bijaksana dengan mempersilahkan terjadinya proses dialog tentang pilihan-pilihan politik yang berbeda," ujarnya.
Airlangga menambahkan, sikap Haedar politik Haedar itu adalah upaya menajaga posisi dan imparsialitas Muhammadiyah. Semestinya, kata dia, hal serupa juga diterapkan okeh semua organisasi ke Islaman lain.
"Sehingga posisi imparsialitas dan posisi bebas tapi kemudian juga aktif mengajak dialog kepada seluruh kandidat presiden itu adalah posisi yang harus dipahami sebagai konteks menyelematkan Muhammadiyah," kata dia. (frd)