Amerika Serikat Resmi Pakai Remdesivir untuk Obati Covid-19
Administrasi Obat-obatan dan Makanan Amerika Serikat (FDA) telah mengelurkan izin penggunaan remdesivir untuk mengobati pasien covid-19 dalam kondisi darurat. Sehingga pasien bergejala berat boleh diobati dengan obat Ebola itu.
Selama pertemuan antara Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Pimpinan Eksekutif Gilead Sciences Daniel O'Day mengatakan jika izin dari FDA adalah langkah awal yang sangat penting.
Gilead, sebagai pengembang remdesivir, akan menyumbangkan 1,5 juta botol kecil dari remdesivir. Daniel mengatakan, "ini adalah izin pertama untuk terapi covid-19, jadi kami sangat bangga menjadi bagian dari itu,"katanya, dialihbahasakan dari BBC, Sabtu 2 April 2020.
Meski didesain untuk mengobati Ebola, namun dalam lamannya Gilead mengatakan jika obat ini belum bisa menyembuhkan penyakit menular itu. "Remdesivir adalah obat eksperimental yang tidak memiliki keamanan atau kemanjuran untuk kondisi apapun," tulis mereka.
Namun, selama ini, Presiden Trump menjadi pendukung yang vokal dalam menggunakan remdesivir untuk obat covid-19.
Selama percobaan klinis yang belum diterbitkan secara lengkap, Institut Nasional Penyakit Infeksi dan Alergi (NIAID) Amerika Serikat menemukan jika remdesivir bermanfaat memotong durasi gejala sakit, dari 15 hari menjadi 11.
Percobaan itu melibatkan 1.063 pasien dari sejumlah rumah sakit di beberapa negara, termasuk Amerika Serikat, Perancis, Italia, Inggris, China, dan Korea Selatan. Beberapa pasien diberikan remdesivir dan yang lain diberikan obat plasebo atau palsu.
Namun, meski pasien mengalami penyembuhan dan keluar dari unit perawatan intensif lebih cepat, namun percobaan tak menghasilkan indikasi yang jelas tentang kemanjuran obat dalam mencegah kematian. Selain itu beberapa pasien juga disebut mengalami efek samping gangguan fungsi ginjal dan hati.