Amerika Coret Indonesia dari Daftar Negara Berkembang
Indonesia dicoret dari daftar negara berkembang, bersama China, India, Brasil, dan Afrika Selatan. Pencoretan itu dilakukan Kantor Perwakilan Dagang Amerika Serikat (USTR) karena empat negara itu tergolong maju dalam sektor perdagangan internasional.
USTR mengatakan pihaknya telah merevisi metodologi negara berkembang untuk investigasi atas bea balik, bea yang dikenakan pada sistem impor, pada 10 Februari lalu. Metodologi yang lama, dipakai sejak tahun 1998 dianggap usang.
USTR juga mempetimbangkan beberapa faktor ekonomi dan perdagangan, seperti tingkat perkembangan ekonomi suatu negara dan peran negara dalam perdagangan dunia.
Namun keputusan ini direspon kurang baik oleh sejumlah pihak di China. Wakil Direktur China Society dari Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) Xue Rongiju, menilai kebijakan mencoret sejumlah negara berkembang justru merusak otoritas sistem perdagangan multilateral.
"Tindakan unilateralis dan proteksionis seperti ini telah merugikan kepentingan China dan anggota WTO lainnya," ucap Xue.
Lebih lanjut, menurutnya China selalu tegas dalam membela sistem multilateral. Kerja sama perdagangan dan ekonomi dengan mitra dari negara maju dan negara berkembang telah membuktikan bahwa mekanisme negosiasi multilateral berjalan efektif, selain berhasil mendorong pertumbuhan ekonomi dunia.
Senada, Dekan Institut Studi WTO dari University of International Business juga mengatakan, aturan dan mekanisme WTO mestinya lebih ditingkatkan karena banyak negara berkembang belum memahami dan memanfaatkannya dengan baik.
"Sebagai negara berkembang utama, China perlu menekankan masalah keprihatinan negara-negara maju dan tetap fleksibel dalam berbagai pembicaraan," kata Tu.
Reformasi WTO mampu mendorong negara-negara berkembang untuk mengatasi beragam persoalan seperti soal subsidi pertanian, hambatan penjualan hasil pertanian, pembatasan eskpor teknologi, dan perdagangan teknologi.
"Aturan ini mestinya berlaku secara umum untuk berbagai negara sambil memastikan tidak ada anggota yang merusak sistem," imbuhnya, dilansir dari suara.com.
Advertisement