Ambil Spirit Salahuddin Al-Ayyubi, Gus Baha Berkisah Maulid Nabi
Ulama bersepakat tanggal kelahiran Nabi Muhammad SAW adalah 12 Rabiul Awal. Tanggal kelahiran nabi inilah yang menjadi patokan peringatan Maulid Nabi umat Muslim.
Meski begitu, peringatan Maulid Nabi berlangsung sepanjang bulan. Sayangnya, peringatan Maulid Nabi sering jadi perdebatan sejumlah kalangan.
KH Ahmad Bahauddin Nursalim (Gus Baha), santri Kiai Maimoen Zubair menyampaikan sejarah Maulid Nabi dalam sebuah pengajian.
Maulid Nabi berawal dari kisah Salahuddin Ayyubi. Umat Islam yang lemah semangatnya, mengambil semangat juang Salahuddin Al-Ayyubi, tokoh legendaris dalam sejarah Islam.
"Nabi kalau salat, lalu terdengar anak menangis, salatnya dipercepat, supaya ibunya bisa cepat menyusui bayi," kata Gus Baha.
"Menyusui anak, perintah Kanjeng Nabi, kalau merawat mbah sepuh (tua) ya tidak usah datang (acara Maulid Nabi) karena merawat mbah sepuh juga perintah nabi," lanjutnya. "Tapi jangan karena tidak datang dituduh bid'ah itu yang salah," tegasnya.
Peringatan Maulid Nabi, lanjut Gus Baha, tidak perlu diperdebatkan.
"Haditsnya mana? Kita harus berpikir. Maulid itu sejarahnya, tidak usah bid'ah-bid'ah. Dulu itu tentara Romawi menguasai Palestina, orang Islam melempem. Jadi maulid sekarang itu sedikit ada salahnya, tapi ya gak salah, sedikit, kadang cuma ramai-ramai saja tak dijiwai," jelasnya kepada jamaah.
"Dulu para habaib yang alim-alim baca Maulid Nabi nangis betulan karena dijiwai," lanjutnya
"(Karena umat Islam melempem). Akhirnya Salahuddin Ayyubi gak dapat cara, selain dibacakan biografi Kanjeng Nabi. Terjadilah orang dibacakan Maulid, terus umat Islam semangat lagi karena mengenang Kanjeng Nabi, betapa Rasul itu figur luar biasa," jelas Gus Baha.
"Nabi itu kalau disakiti diam. Sekarang Maulid ya ramai-ramai saja. Kalau bisa seperti Salahuddin Ayyubi," tutupnya.
Advertisement