Amanda Manopo Nyaris Meninggal karena Epilepsi, Kenali Gejalanya
Amanda Manopo menguak kisah pribadinya yang nyaris meninggal dunia karena epilepsi. Kejadian tersebut berlangsung saat ia masih kecil. Pemain sinetron Cinta Tanpa Karena di RCTI itu mengaku tak sadar menderita sakit yang cukup parah di bagian otak.
Kondisi bintang sinetron Ikatan Cinta itu mengalami kejang-kejang. Demikian dikutip dari podcast milik aktor Kemal Pahlevi. Beruntung, Amanda Manopo langsung dilarikan ke rumah sakit, sehingga pemain film horor Indigo ini bisa langsung mendapatkan pertolongan pertama.
Akhirnya, diketahui bahwa epilepsi yang diidap perempuan 23 tahun itu disebabkan adanya gangguan di bagian otak. Agar penyakitnya tak kambuh, Amanda Manopo punya kiat tersendiri.
Amanda Manopo selalu berusaha untuk tidur sebelum pukul 21.00 WIB. Amanda Manopo ingin bangun tidur dalam keadaan segar agar tidak kelelahan.
"Apapun itu yang terjadi, jam 9 kita harus sudah selesai, supaya kita punya imun yang sehat, kita punya pemikiran yang sehat, kita gak marah-marah. Jadi kita punya waktunya itu algoritmanya juga enak, kalau sekalinya pulang pagi, lo tidur akan berantakan dan itu gak sehat. Itu gak sehat untuk bagian otak," ujar Amanda dalam podcast tersebut.
"Apalagi, gue kan juga ada bermasalah kan di bagian otak gue, jadi gue gak mau terlalu forsir," lanjutnya.
Ucapan itu sontak membuat Kemal Pahlevi kaget. Ia bahkan mengaku ingin tahu soal permasalahan yang ada di bagian otak Amanda Manopo.
"Hah?! Bermasalah kenapa Amanda?" tanya Kemal Pahlevi ingin tahu.
"Gue epilepsi," aku Amanda Manopo.
Info Grafis Amanda Manopo Nyaris Meninggal karena Epilepsi, Kenali Gejalanya
Epilepsi adalah kejang berulang pada sebagian atau seluruh tubuh akibat gangguan pada pola aktivitas listrik di otak. Penyakit ini tidak menular dan dapat terkontrol dengan pengobatan yang rutin dan tepat.
Seseorang dinyatakan menderita epilepsi jika pernah mengalami kejang lebih dari satu kali tanpa penyebab yang jelas.
Epilepsi dapat diderita oleh semua kelompok usia, biasanya dimulai saat masih anak-anak atau saat berusia lebih dari 60 tahun.
Beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang terserang epilepsi, yaitu riwayat epilepsi pada keluarga (faktor genetik), stroke, dan demensia.
Epilepsi tidak dapat disembuhkan. Dokter memberikan obat antikejang, seperti asam valproate, lamotrigine, dan topiramate, untuk mengurangi frekuensi kejang. Jika pemberian obat-obatan tidak cukup efektif, dokter dapat merekomendasikan operasi.
Menurunkan risiko epilepsi mengonsumsi makanan bergizi, berolahraga, tidak merokok, rutin periksa kandungan untuk ibu hamil.