Alur Tak Efektif, Sampel di BBTKLPP Jadi Menumpuk
Kepala Balai Besar Teknik Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BBTKLPP) Surabaya, Dr. Rosdi Ruslan menyebut laboratorium milik instansinya terpaksa harus menghentikan sementara menerima sampel test swab untuk diuji dengan alat PCR. Penghentian sementara ini karena ada 2700an sampel swab yang masih menunggu antrean untuk diuji. Kata dia, untuk menyelesaikan 2700an sampel yang masih antre itu, membutuhkan waktu lima hari untuk menyelesaikannya.
Dia menyebut menumpuknya sampel yang belum diuji itu karena tenaga dan kapasitas uji di laboratorium di instansi yang ia pimpin tak sebanding dengan jumlah sampel swab yang harus diuji. Rosdi membandingkan antara kemampuan laboratoriumnya dengan jumlah sampel yang masuk setiap harinya.
Kata dia, dalam sehari laboratoriumnya hanya mampu menguji sekitar 150-180 sampel. Sedangkan sampel swab yang masuk berkisar 300 per hari. Sampel swab yang masuk untuk diuji itu, tak sebanding dengan kemampuan uji karena karena berasal dari berbagai daerah di Jawa Timur.
Oleh karena itu, dia meminta kepada Dinas Kesehatan Provinsi Jatim, Dinkes kabupaten/kota dan rumah sakit rujukan agar sementara waktu mengirimkan spesimen yang ada ke labolatorium rujukan lain yang baru diaktifkan. Laboratorium yang baru diaktifkan untuk pemeriksaan PCR itu adalah milik RSUD Dr. Soetomo, RSUD Dr. Saiful Anwar Malang dan Universitas Brawijaya. Dengan dialihkannya ke sana, BBTKLPP Surabaya segera menuntaskan pemeriksaan terhadap sekitar 2.700 spesimen.
Rosdan juga mengimbau kepada Dinas Kesehatan di daerah-daerah agar menggencarkan pemeriksaan rapid test. Dari hasil rapid test yang reaktif itu, baru dilakukan test swab untuk kemudian dianalisis dengan menggunakan PCR di laboratoriumnya.
Sedangkan yang negatif harus melakukan isolasi mandiri, walau mereka pernah melakukan kontak dengan yang positif atau reaktif. Tak perlu langsung test swab. Cara ini dianggap efektif untuk mengurangi penumpukan.
Berdasar data yang ada, sampai 6 Mei 2020 lalu ada 6.211 spesimen yang diterima BBTKLPP. Dari jumlah itu, yang diperiksa sampai 8 Mei sudah ada 4.805, kurang 1.406 spesimen, belum ditambah dengan spesimen yang masuk sampai hari ini.
“Dari hasil pemeriksaan PCR, hasilnya paling banyak negatif 4.018. Sedangkan yang positif 787. Jadi, seperti merasa sia-sia karena yang diperiksa 4ribuan itu negatif," kata Rosdi.