Alumni Unair Gagas Buru Covid, Atasi Angka Tracing yang Rendah
Angka tracing di Indonesia masih terbilang sangat rendah. Hal ini pun juga menjadi sorotan beberapa ahli epidemologi, kasus Covid-19 yang turun dikarenkan angka tracing masih rendah.
Melihat fenomena tersebut, Cendra Devayana Putra salah seorang alumnus Fakultas Sains dan Teknologi (FST) Universitas Airlangga (Unair) dan Daffa Yagrariksa Ramadhan mahasiswa Angkatan 2019 Sistem Informasi FST UNAIR membuat terobosan aplikasi tracing sederhana dan terautomasi menggunakan sistem terdistribusi (Android).
Aplikasi tersebut diberi nama Buru Covid. Aplikasi ini bersifat realtime dan terintegrasi sehingga waktu respon pendeteksian Covid-19 diharapkan akan semakin cepat. Sebelumnya, mereka juga telah berhasil membuat dua aplikasi yang kini telah digunakan RSUA, yaitu Laduni Sigiat dan Si-Perdana.
"Aplikasi ini terinspirasi dari sistem tracing di Taiwan. Metode yang kami implementasikan dalam bentuk digitalisasi ini telah terbukti berhasil menangani kasus Covid-19 di Taiwan. Aplikasi kami juga ramah lingkungan, tidak menggunakan kertas 100 persen,” ujar Cendra Devayana Putra, pelopor pembuat aplikasi ini.
Cendra menjelaskan, Buru Covid tidak hanya terdistrubsi di rumah sakit. Namun, dicanangkan akan tersedia pada setiap public place, seperti pusat perbelanjaan dan tempat ramai lainnya. Sehingga bisa mempercepat waktu tracing.
Pada versi awal, masyarakat diminta untuk log in. Dengan satu kali klik pada sebuah toko, individu terhitung telah tercatat dan mengunjungi toko tersebut. Hal itu akan memudahkan tracing secara luas.
“Untuk versi kedua, saya ingin mencoba menggaet professor saya di lab (Taiwan). Saya ingin mencoba menambahkan blockchain, sehingga sistemnya jauh lebih aman,” ungkapnya.
Ia mengaku, Aplikasi Buru Covid tersebut masih memiliki kendala dalam biaya penyewaan server. Saat ini, mereka masih meminjam server yang berukuran satu giga. Server tersebut dianggap sangat kurang untuk menjalankan aplikasi tracing itu.
Cendra menambahkan, Buru Covid memerlukan respon positif dari pemerintah agar dapat diimplementasikan dengan baik. Dalam hal ini, tim Buru Covid memerlukan database serta kebijakan pemerintah dalam menerapkan aplikasi tersebut di masyarakat. Selain itu, Buru Covid juga masih menunggu verifikasi dari Google Playstore.
“Karena kita menggunakan kata Covid, jadi kita membutuhkan konfirmasi terlebih dahulu dari pemerintah untuk mengaktifkan aplikasi di playstore,” tuturnya.
Tak hanya itu, dukungan pemerintah sangat dibutuhkan, sebab data yang dibutuhkan tidak berasal dari Buru Covid sendiri. Aplikasi ini akan berjalan dengan baik jika ada data pelengkap.
“Kami mengharapkan pemerintah dan Unair dapat membantu agar aplikasi ini dapat berjalan, sehingga berguna untuk memudahkan tracing di Indonesia,” tutupnya.