Alumni PTKI Tampil Membimbing Umat, Ini Harapan Wamenag
Wakil Menteri Agama (Wamenag) Zainut Tauhid Sa'adi berharap alumni perguruan tinggi keagamaan Islam menjadi duta-duta yang membimbing masyarakat, merawat nasionalisme-keindonesiaan, dan terus menambah ilmu pengetahuan yang luas.
Harapan ini disampaikan Wamenag saat mewakili Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas memberikan sambutan pada Milad ke-56 dan Wisuda Sarjana dan Magister Institut Agama Islam Cipasung (IAIC) dan Sekolah Tinggi Teknologi Cipasung (STTC), Tasikmalaya, Sabtu 25 September 2021.
Hadir Rektor IAIC KH. Bunyamin Ruhiyat, Wakil Bupati Tasikmalaya Cecep Nurul Yakin, Kepala Kanwil Kemenag Jawa Barat Adib, Direktur Pengelolaan Dana Haji dan Sistem Informasi Haji Terpadu Kemenag Jaja Jaelani, serta segenap Forkompimda Kabupaten Tasikmalaya.
"Jadilah garda terdepan dalam membantu masyarakat, bangsa negara yang kita cintai ini," ungkap Wamenag.
Menurut Wamenag, IAIC dan STTC merupakan perguruan tinggi yang memiliki karakter dan keunggulan tersendiri. Keberadaannya yang berada langsung di lingkungan pondok pesantren, menjadikan IAIC dan STTC sebagai lembaga pendidikan yang tidak hanya mengkaji isu-isu keislaman dengan basis literatur “buku putih” kemodernan semata, tetapi juga kental dengan penguasaannya terhadap “kitab kuning” yang kaya khazanah.
Paduan Buku Putih dan Kitab Kuning
"Dengan perpaduan “buku putih” dan “kitab kuning” dan dukungan infrastruktur dan khazanah pondok pesantren, saya meyakini IAIC memiliki keunggulan akademik dan kultur keislaman yang jauh lebih mumpuni," kata Wamenag.
Menurut Wamenag, setidaknya ada tiga keunggulan IAIC dan STTC. Pertama, basis akademik yang mengolaborasi literatur modern, kitab kuning, dan tradisi pesantren. Ini menjadikan IAIC dan STTC sebagai lembaga pendidikan yang melahirkan lulusan-lulusan yang mampu menjawab tantangan kemodernan dengan kearifan khazanah keislaman.
"Lulusan IAIC dan STTC akan mampu mendialogkan antara ilmu pengetahuan berbasis keislaman dengan modernitas," kata Wamenag.
Kedua, lulusan IAIC dan STTC akan mampu menerapkan ilmu-ilmu pengetahuan keislaman dalam memperkuat pendampingan dan pemberdayaan masyarakat. Hal ini menjadi sebuah keniscayaan kultur pesantren yang menjiwai IAIC, yaitu pesantren dan masyarakat tidak pernah terpisahkan.
Ketiga, komitmen nasionalisme keindonesiaan berdasarkan paham keislaman merupakan denyut nadi bagi IAIC. Islam dan Indonesia menjadi satu tarikan nafas yang tidak bisa dipisahkan.
"Antara Islam dan Indonesia saling menguatkan, bukan saling memperhadapkan, apalagi menegasikan. Membangun Indonesia merupakan manivestasi keislaman yang dianutnya," ungkap Wamenag.
"Oleh karenanya, lulusan IAIC di manapun kiprahnya nanti akan selalu menjadi bagian penting dalam membangun bangsa," tandasnya.
IAIC adalah perguruan tinggi yang digagas oleh Pendiri Pondok Pesantren Cipasung KH. Ruhiat, almaghfurlah. Lokasinya berada di lingkungan Pondok Pesantren Cipasung.
Pada usia yang ke-56, IAIC menyelenggarakan Program Sarjana (S.1), terdiri dari 3 Fakultas dengan 7 Program Studi, serta 2 Program Pascasarjana (S.2).