Allah Mahatahu, Syaikh Mutawalli Sya'rawi Jelaskan Insya Allah
Ucapan "Insya Allah" kerap meluncur dari seseorang yang sesungguhnya tidak akan berusaha untuk melaksanakan janjinya.
Benarkah demikian?
Terlebih dahulu mari kita pahami hikmah betapa Allah Subhanahu wa ta'ala (SWT) jelas Yang Maha Mengetahui. Ini firman-Nya dalam Al-Quran.
لَقَدْ جِئْنٰكُمْ بِا لْحَـقِّ وَلٰـكِنَّ اَكْثَرَكُمْ لِلْحَقِّ كٰرِهُوْنَ
"Sungguh, Kami telah datang membawa kebenaran kepada kamu, tetapi kebanyakan di antara kamu benci pada kebenaran itu."
( Q. S. Az-Zukhruf 43 : Ayat 78 )
اَمْ اَبْرَمُوْۤا اَمْرًا فَاِ نَّا مُبْرِمُوْنَ
" Ataukah mereka telah merencanakan suatu tipu daya ( jahat ), maka sesungguhnya Kami telah berencana ( mengatasi tipu daya mereka).
(Q. S. Az-Zukhruf 43 : Ayat 79 )
اَمْ يَحْسَبُوْنَ اَنَّا لَا نَسْمَعُ سِرَّهُمْ وَنَجْوٰٮهُمْ ۗ بَلٰى وَرُسُلُنَا لَدَيْهِمْ يَكْتُبُوْنَ
" Ataukah mereka mengira bahwa Kami tidak mendengar rahasia dan bisikan-bisikan mereka? Sebenarnya ( Kami mendengar ), dan utusan-utusan Kami ( malaikat ) selalu mencatat di sisi mereka. "
( Q. S. Az-Zukhruf 43 : Ayat 80 )
Penjelasan soal Insya Allah
Sejauh ini, kita tahu, ungkapan Insya Allah begitu familiar bagi umat Islam. Tak jarang, ungkapan itu dijadikan alasan ketika seseorang tidak bisa memenuhi janji.
Padahal, menurut Ulama besar asal Mesir, Syaikh Mutawalli Sya'rawi, ungkapan insya Allah merupakan kalimat yang menjadi salah satu syariat dalam Islam.
Mengutip Kitab Anta Tas'al wa Islam Yujib karya Syaikh Mutawalli Sya'rawi, segala sesuatu yang menyangkut nanti atau besok, tergolong dalam pengertian "akan datang".
Tidak ada satupun manusia yang bisa memastikan segala sesuatu yang akan datang. Persoalan masa depan hanya Allah yang Maha Mengetahui. Allah Ta'ala berfirman dalam Al-Qur'an, yang artinya:
"Dan jangan sekali-kali kamu mengatakan tentang sesuatu: "Sesungguhnya aku akan mengerjakan itu besok pagi", kecuali dengan menyebut “Insya Allah”. (Al-Kahfi 23-24).
Syaikh Mutawalli menjelaskan, sesuatu yang menyangkut masa yang akan datang mencakup lima unsur. Unsur itu yakni pelaku (subjek) , yang diperlakukan (objek), waktu dan tempat kejadian, sebab musabab, serta kekuatan dan kemampuan yang diperlukan untuk pelaksanaannya.
Jika seseorang mengatakan, "Besok saya akan pergi ke tempat Fulan untuk membicarakan suatu persoalan”, orang itu tidak punya jaminan akan tetap hidup sampai besok.
Begitu juga yang akan ditemui. Bila besok orang itu pergi, bisa saja tidak tepat waktu, atau tempat berubah. Lalu, bisa saja esoknya orang itu tidak berkemampuan, baik fisik maupun mental. Bisa juga berubah niat untuk melaksanakannya.
“Jadi, manusia tidak kuasa menentukan kelima unsur itu. Semuanya dikembalikan kepada pengaturnya, yaitu Allah Yang Maha Kuasa. Manusia harus menurut perintah-Nya, mengucapkan kata Insya Allah (Apabila Allah Menghendaki). Apabila Ia tidak kehendaki, pasti rencana gagal,” tulis Syaikh Mutawalli.
Demikian wallahu a'lam bisshawab.
Semoga kita dan seluruh keluarga kita selalu bertaqwa kepada Allah, selalu berakhlak baik, berkata baik, berbuat baik, bernasib baik. Aamiin.....!!!
Semoga bermanfaat.