Alih Fungsi Lahan Penyebab Banjir Bandang di Kota Batu
Banjir bandang yang melanda Kota Batu pada Kamis, 4 November 2021, kemarin disebut erat kaitannya dengan alih fungsi lahan hutan menjadi industri pertanian, pemukiman hingga penginapan.
Merujuk dari data Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Jawa Timur, bahwa hingga saat ini Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Kota Batu hanya sebesar 12 hingga 15 persen dari total luas wilayah.
Dalam aturan UU Nomor 26 Tahun 2007, pasal 29 ayat 2 tentang Penataan Ruang disebutkan bahwa proporsi RTH di suatu wilayah kabupaten/kota minimal 30 persen dari total luas wilayah.
"Merujuk data citra satelit 348 hektar hutan primer di Kota Batu hilang selama 20 tahun. Terakhir, dari data yang dihimpun terkait eksistensi keberadaan lahan hijau, dari luas 6.034,62 pada 2012 menjadi 5.279,15 hektar pada 2019," ujar Ketua Walhi Jatim, Purnawan D Negara pada Jumat, 5 November 2021.
Purnawan mengatakan, berdasarkan analisis Walhi Jatim, di bagian hulu sungai sepanjang Kelurahan Tulungrejo hingga Sumberbrantas, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu, sudah banyak alih fungsi lahan terjadi.
"Banyak di atas kawasan tersebut yang menjadi lahan pertanian, salah satunya juga didorong oleh alih fungsi lahan produktif untuk wisata dan peruntukan lain seperti hotel dan perumahan," katanya.
Ditambahkan oleh Perum Jasa Tirta I, Raymond Valiant Ruritan mengatakan alih fungsi lahan juga terjadi pada bagian barat Kota Batu yang menyebabkan luasan sungai menjadi sempit.
"Jadi ada perubahan tata guna lahan yang terjadi secara luar biasa di bagian barat Kota Batu," ujarnya.
Perubahan tata guna lahan menjadi kawasan pemukiman hingga penginapan di hulu sungai tersebut, kata Raymond, membuat daerah tutupan lahan menjadi berkurang.
"Saya kira material pasir, batu, tanah hingga kayu itu mencari jalan untuk mengalir. Ini karena daerah hulunya saya kira sudah terbuka tidak ada tutupan lahan lagi," katanya.
Raymond menambahkan, bahwa di sejumlah titik banjir juga banyak warga yang membangun rumah berdekatan dengan anak dari Sungai Brantas, sehingga membuat luas sungai menjadi menyempit.
"Yang terpenting masyarakat harus menjauh dari ruas alamiah sungai. Saat terjadi erosi, air tidak bisa terserap ke dalam tanah, maka dia meluap," katanya.
Advertisement