Aliansi Pelajar Surabaya Tolak Pembelajaran Jarak Jauh
Aliansi Pelajar Surabaya menolak kebijakan dinas pendidikan terkait penerapan pembelajaran jarak jauh (PJJ).
Ketua Aliansi Pelajar Surabaya Mirza Akmal Putra mengatakan penolakan itu lantaran PJJ hanya memberikan beban bagi para pelajar. Baik itu beban mental atau fisik. Selain itu, PJJ membuat hubungan harmonis antara guru dan pelajar tidak ada.
“Pelajar itu jangan didiamkan dan ditakuti dengan Covid-19. Justru dengan PTM inilah pelajar dapat teredukasi. Jangan hanya berkelakar tentang bahaya Covid-19 kemudian menjadikan pelajar sebagai korban sistematika pendidikan. Kalau PJJ diteruskan maka Merdeka Belajar hanyalah omong kosong belaka bagi pelajar. Toh, pelajar akhirnya diberi tugas, tugas, dan tugas tanpa adanya komunikasi intensif dan interaktif dari gurunya,” kata Mirza, 29 Juni 2021.
Selain itu, ia meminta Satgas Covid-19 harus mulai menyentuh para pelajar dan pengurus di sekolah dengan membentuk Satgas Covid-19 di sekolahnya masing-masing. Mirza mengungkapkan Satgas Covid-19 di sekolah ini wajib berisikan pelajar di sekolah tersebut dan guru sebagai pendampingnya.
“Saya rasa OSIS, PMR, UKS, Rohis, dan Pramuka bisa digerakkan untuk melakukan sebagai Satgas Covid-19. Jadi pelajar juga tergerak untuk melindungi diri sendiri, teman, dan keluarga besar sekolahnya. Bukan hanya dilarang begini begitu, dimarahi, dan dibatasi gerak geriknya. Pelajar harus sungguh-sungguh merdeka,” katanya.
Menurut survei KPAI (Komisi Perlindungan Anak Indonesia) dari 1700 pelajar terdapat 76,7% pelajar yang tidak senang belajar di rumah dan 73,2% tugas yang diberikan cukup berat. Ditambah lagi 79,9% pelajar interaksi antara siswa dengan guru tidak ada.