Aliansi Pelajar Surabaya Pasang Badan Bela Risma
Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini, terus mendapatkan pembelaan warganya pasca diserang dengan pernyataan pencitraan oleh poltisi Partai Nasdem, Imam Syafi'i, dalam Rapat Paripurna di DPRD Kota Surabaya, Kamis 31 Oktober 2019.
Dalam rapat itu, Risma diserang karena metode kerjanya dan seluruh pejabat Pemkot Surabaya yang lebih banyak turun langsung menyapa warga. Hal itu, ternyata dinilai terbalik oleh Imam yang menganggap hanya pencitraan. Begitu juga dengan Kepala Badan Perencanaan Kota (Bappeko) Surabaya, Eri Cahyadi, yang diisukan akan maju dalam Pilwali Surabaya mendatang.
"Ini kan mau Pilwali, saya langsung saja, Kepala Bappeko itu sering offside. Hal-hal yang seharusnya dikerjakan Kepala Dinas langsung dikerjakan sendiri," kata Imam.
Menanggapi hal itu, Aliansi Pelajar Surabaya mengecam keras pernyataan Imam karena mereka menilai anggapan tesrebut sangat tidak layak. Pegiat Aliansi Pelajar menilai, sudah sewajarnya jika para pejabat turun melihat langsung masalah yang ada, dan mencari solusi bersama.
”Bu Risma (sapaan Tri Rismaharini) dan jajaran Pemkot Surabaya memang metode kerjanya kan seperti itu, turun lapangan, cari tahu masalah di masyarakat, kasih solusi. Itu bukan pencitraan, karena memang pejabat publik seharusnya begitu. Masak kita ingin pejabat publik hanya berdiam di kantor yang ber-AC, tidak mau berpeluh keringat di tengah rakyat?” kata Koordinator Aliansi Pelajar Surabaya, Aryo Seno Bagaskoro, kepada wartawan saat ditemui di salah satu kafe di Jalan Walikota Mustajab, Surabaya, Jumat 1 November 2019.
Lebih lanjut, kata Seno begitu ia kerap disapa, bahwa warga lebih mengharapkan sosok pejabat yang mau turun dan mendengar keinginan masyarakat.
”Dengan ke lapangan kan tahu secara riil kebutuhan masyarakat di bawah. Sehingga, perencanaan kebijakan yang dikeluarkan Pemkot Surabaya memang berasal dari kehendak rakyat,” imbuhnya.
Seno mengatakan, Risma tidak bisa kerja sendirian, dibutuhkan tim yang mau turun dan dibuatkan kebijakan untuk mengatasi permasalahan itu.
Karena itu, ia mengingatkan Imam Syafi'i agar membangun wacana politik berdasarkan data yang bisa memperbaiki kekurangan, bukan hanya asal kritik kosong karena sentimen semata.
Menurutnya, warga telah mencintai Risma karena kinerjanya memang berdasarkan fakta di lapangan. Sehingga, kebijakan yang diambil selalu tepat guna bagi warga.
”Lalu kalau datanya bicara bahwa rakyat senang dengan pejabat turun ke lapangan, masak kita malah mengingkari suara rakyat, masak ada politisi ingin menjauhkan pejabat publik dengan rakyatnya?. Pokoknya anak-anak muda di Surabaya siap berada di belakang Bu Risma," pungkasnya.