Aliansi Pelajar Surabaya Desak Sekolah Tatap Muka, Ini Alasannya
Aliansi Pelajar Surabaya mendesak pemerintah agar segera memulai Pembelajaran Tatap Muka (PTM) tahun ajaran 2021/2022 yang rencananya dimulai Juli mendatang.
Ketua Aliansi Pelajar Surabaya Mirza Akmal Putra mengatakan bahwa pihaknya menolak secara tegas pembelajaran daring. Sebab, menurut dia, hal tersebut hanya memberikan beban mental dan fisik. "Tahun Ajaran 2021-2022 harus sudah mulai diadakan PTM meskipun secara terbatas," kata Mirza, kepada awakmedia, Rabu, 30 Juni 2021.
Mirza mengungkapkan, berdasarkan survei Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) dari 1.700 pelajar, 76,7 persen di antaranya tidak senang belajar di rumah, dan 73, persenya menyatakan tugas yang diberikan cukup berat.
Menurut Mirza, seharusnya pemerintah tidak menakut-nakuti pelajar dengan bahaya Covid-19. Dan dengan PTM ini lah, para murid dapat lebih mudah diberikan edukasi dari para guru di sekolah. “Pelajar itu jangan didiamkan dan ditakuti dengan Covid-19. Justru dengan PTM inilah pelajar dapat teredukasi secara efektif tentang Covid-19," jelasnya.
Mengenai temuan yang menyebut anak menjadi kelompok rentan terpapar Covid-19, Mirza menganggap hal itu bukan masalah. Asalkan Dinas Pendidikan dan pihak sekolah bekerjasama dalam melakukan pendataan. “Bekerja sama untuk pendataan kepada anak didik terkait komorbid atau penyakit bawaannya serta kebiasaan di rumah. Kemudian pelaksanaan proses secara ketat di siswa dan guru, Insyaallah aman," ucapnya.
Dengan demikian, Mirza meminta agar pemerinta segera melakukan proses vaksinasi kepada anak usia 12 hingga 17 tahun. Guna melindungi para pelajar dari Covid-19, ketika PTM kembali diberlakukan. "Kemudian ada pula terkait vaksin Sinovac yang sudah dapat izin ke anak umur 12-17 itu harus disegerakan pula. Agar semakin terdukung lagi PTM-nya," tutupnya.
Advertisement