Mahsiswa Ubaya Rancang Alat Bantu Larutkan Obat Otomatis
Yuliadi Kurniawan, mahasiswa Program Studi Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Surabaya (Ubaya) berhasil ciptakan alat bantu farmasi untuk uji kelarutan obat secara otomatis.
“Apabila larutan obat sesuai dengan standar mutu yang ditetapkan oleh Farmakope Indonesia, maka dapat disimpulkan obat bisa diserap baik di dalam tubuh," kata Yuliadi, Kamis, 7 November 2019.
Yuliadi menambahkan, ide pembuatan alat ini bermula ketika ia bekerja di BPOM Surabaya. Ia melihat farmasis masih menggunakan cara manual untuk pengambilan sampel larutan obat. Dari kejadian itu, ia mencoba membuat alat uji kelarutan secara otomatis.
"Cara kerja alat ini dirancang secara otomatis menggunakan database yang telah diprogram pada laptop atau komputer, sehingga mempermudah farmasis dalam pengambilan sampel larutan obat," katanya.
Setiap obat yang diuji memiliki syarat yang berbeda berdasarkan suhu, waktu, dan kecepatan pengadukan yang telah ditetapkan Farmakope Indonesia.
"Ini yang menjadi tantangan tersendiri bagi alat ini, yaitu mengatur kecepatan alat pengaduk. Setiap obat mempunyai standart yang berbeda sesuai dengan farmakope," katanya.
Cara penggunaan alat ini pertama obat tablet yang akan diuji dimasukkan ke dalam tabung yang berisi larutan untuk proses pengadukan sesuai yang ditentukan Farmakope Indonesia. Sebagai contoh larutan Aquades atau HCl 0.1 N. Setelah itu, farmasis dapat mengisi database dengan identitas user (pengguna), nama obat, tanggal praktikum, suhu, waktu, dan kecepatan.
Kemudian setelah terisi datanya, farmasis dapat menekan tombol mulai pada layar monitor untuk memulai proses uji kelarutan obat. Nanti alarm akan berbunyi dengan sendirinya. Itu menandakan uji kelarutan telah selesai sesuai waktu pengadukan yang ditentukan.
Sampel larutan obat yang sudah mengalami proses pengadukan secara otomatis akan diambil sebanyak 50 ml dan masuk pada gelas ukur yang akan diuji kembali untuk mengetahui kadar larutan obat.
"Karena alat ini dibuat sendiri, maka bila ada sesuatu yang rusak akan mudah perawatannya," katanya.
Saat ini, alat ini dirancang hanya menggunakan satu wadah. Kedepannya, kata Yuliadi, akan dikembangkan menjadi 6 wadah, sehingga obat yang akan dilarutkan lebih banyak.
Advertisement