Alasan Umat Islam Mayoritas Mazhab Syafi'i, Lahir Fikih Nusantara
Umat Islam di Indonesia, termasuk di kawasan Nusantara, berhasil menggarami nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari. Hal itu bisa disaksikan dalam ekspresi budaya, dan aktivitas keagamaan yang menyatu dengan budaya masyarakat.
Hal itu tak lepas dari sifat Mazhab Syafii yang eklektik sehingga menjadikan Islam berkembang secara luas di Indonesia. Sebagaimana diperjuangkan Walisongo di Jawa, dan ulama-ulama pejuang lainnya di luar Jawa. KH Saifuddin Zuhri memberikan catatan yang cukup lengkap dalam karyanya Sejarah Kebangkitan Islam dan Perkembangannya di Indonesia.
Ada banyak petunjuk yang bisa dijadikan untuk melacak genealogi fikih Nusantara, yang pertama adalah melalui corak keagamaan yang dibawa oleh penyebar Islam pada fase pertama di Nusantara. Dan keduanya, adalah periode saat kaum santri di Tanah Air menimba ilmu di Tanah Suci.
Fikih Nusantara itu, memang lebih dekat dengan Mazhab Syafii karena penyebar Islam pertama kali ke Indonesia bermazhab Syafii. Ini bila merujuk pada teori bahwa pendakwah Islam tersebut adalah keturunan Rasulullah SAW yang nasabnya bermuara ke Imam al-Muhajir.
Jana Samarikh min Jawab Asilah fi at-Tarikh
Sayid Alwi bin Thahir al-Haddad melalui kitabnya yang berjudul “Jana Samarikh min Jawab Asilah fi at-Tarikh”, mengungkapkan para ulama menegaskan Imam al-Muhajir bermazhab Sunni dalam teologi dan menganut Mazhab Syafi’i, di bidang fikih. Ini seperti ditegaskan oleh Sayid Muhammad bin Ahmad al-Syatri, dalam kitabnya yang bertajuk “al-Adwar.” Tetapi, Imam al-Muhajir, tetap bersikap kritis dan tidak taklid buta terhadap Mazhab Syafii.
Abdullah bin Nuh dalam kitab yang bertajuk “al-Imam al-Muhajir wa Ma Lahu wa Linaslihi wa lil aimmati min Aslafihi min al-Fadhail wa al-Maatsir mengatakan, salah satu alasan mengapa Mazhab as-Syafi’i menjadi pilihannya, karena kecintaan tokoh kelahiran Gaza tersebut kepada Ahlul Bait.
Keputusan untuk tetap berada pada Mazhab Syafii dengan disertai sikap kritis sebagai mujtahid, bertahan hingga keturunan berikutnya. Inilah mengapa Indonesia mayoritas penduduknya bermazhab Syafii.
G W J Drewes dalam buku New Light on the coming of Islam to Indonesia, mengaitkan asal Islam di Nusantara dengan wilayah Gujarat dan Malabar.
Menurut pakar dari Universitas Leiden, Pijnapple, asal muasal Islam di Nusantara, yaitu berasal dari anak benua India, bukannya Persia atau Arabia. Menurutnya, orang-orang Arab bermazhab Syafii yang bermigrasi, datang dan menetap di wilayah India tersebut. Kemudian mereka membawa Islam ke Nusantara.
Faham Ahlussunnah wal-Jama’ah atau yang dikenal dengan Sunni berkembang di Indonesia. Faham ini mengikuti pikiran-pikiran ulama ahli Fikih (hukum Islam), hadis, tafsir, tauhid (teologi Islam) dan tasawuf dengan memilih satu dari empat Imam pendiri mazhab. Yaitu Imam Hanafi, Maliki, Syafii dan Hanbali.
Zamakhsyari Dhofier dalam buku Tradisi Pesantren menuliskan, para kiyai sebagai pelaku sejarah memahami bagaimana makna dan kandungan faham Ahlussunnah wal-Jama’ah. Mereka berhasil membimbing umat Islam Indonesia taat menganut faham Ahlussunnah wal-Jama’ah selama lebih dari 800 tahun.
Mereka mengetahui bagaimana mengembangkan faham tersebut. Agar umat Islam dapat dengan mudah mengikuti dan mengamalkan faham ini. Baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam berbangsa dan bernegara di Indonesia. Mazhab Syafii mempunyai pengaruh besar terhadap umat Muslim di Indonesia.
Demikian semoga menjadi perhatian kita bersama.