Alasan Media Asing Juluki Gibran Nepo Baby alias Bayi Nepotisme
Media asing menjuluki Gibran Rakabuming Raka sebagai Baby Nepo alias bayi nepotisme. Julukan itu didapat setelah debat calon wakil presiden yang berlangsung pada Jumat 22 Desember 2023 lalu.
Ihwal Julukan Nepo Baby
Istilah ini muncul dalam judul artikel Al Jazeera yang membahas tentang penampilan Gibran Rakabuming Raka dalam debat cawapres perdana pada Jumat lalu. Sejumlah kondisi muncul dalam artikel tersebut untuk menguatkan sebutan Nepo Baby pada cawapres berusia 36 tahun itu.
Menurut media yang didanai oleh pemerintahan Qatar itu, julukan Bayi Nepotisme muncul bersamaan dengan istilah politik dinasti yang banyak digunakan politisi untuk menyebut peran kuat Joko Widodo mendorong anaknya turun di dunia politik.
"Berbekal pengalaman dua tahun menjdi Walikota Surakarta, Gibran dituduh mengekor ayahnya, yang juga eks Walikota Surakarta, dan tidak memiliki bonafide yang cukup dengan kandidat lain, Abdul Muhaimin Iskandar Wakil Ketua MPR, dan Mahfud MD sebagai Menkopolhukam," tulis Al Jazeera.
Hal lain, kemunculan Gibran sebagai cawapres juga difasilitasi oleh keputusan yang kontroversial dari Mahkamah Konstitusi di Indonesia pada Oktober. Putusan MK terkait usia minimal untuk maju dalam kandidat capres dan cawapres, menjadi karpet merah bagi Gibran masuk dalam bursa Pilpres 2024. "Putusan itu juga memicu perbedatan, sebab Ketua MK, Anwr Usman, saat itu adalah ipar Joko Widodo," tulis Al Jazeera, dilihat pada Selasa 26 Desember 2023.
Usman sendiri kemudian dicopot dari jabatannya, meski aturan terkait batas usia minimal capres dan cawapres, tak bisa dianulir.
Pujian dari Pakar
Dalam artikel yang sama, Al Jazeera juga menulis pendapat positif dari sejumlah pakar, terkait penampilan Gibran Rakabuming Raka, malam itu.
"Impresi keseluruhan saya adalah pendapat jika Gibran tidak tahu apa-apa ternyata terbukti salah. Dia terlihat sangat siap untuk debat dan menunjukkan bahwa dia punya kemampuan yang ekselen dalam isu ekonomi," kata Alexander Arifianto, peneliti di the S Rajaratnam School of International Studies di Singapura.
Komentar positif lain juga disampaikan oleh dosen dari Universitas Jenderal Ahmad Yani di Jawa Barat, Yohanes Sulaiman. "Perdebatan ini langsung dimenangkan oleh Gibran," katanya.
Lekatnya Label Nepo Baby
Dalam artikel yang sama, prestasi Gibran dalam debat itu, dinilai pakar masih sulit untuk melepaskan label Nepo Baby.
"Meski Gibran ingin melepas label Nepo Baby, pandangan tentang keluarganya akan sulit ditepis seluruhnya," menurut dosen Politik dan Studi Keamanan di Universitas Murdoch, Perth, Australia, Ian Wilson.
"Meski dia berusaha untuk melabel dirinya sebagai pemikir milenial, namun Ia juga menunjukkan bahwa ia adalah sebagian besar anak dari ayahnya. Ditambah lagi komitmennya untuk melanjutkan kebijakan peninggalan Jokowi, salah satunya soal proyek IKN," jelasnya.
Nepotisme sendiri dikenal sebagai praktik dari para penguasa untuk memilih keluarga untuk mengisi jabatan spesial, tanpa melihat pada kemampuannya. Istilah ini mulai populer di Indonesia untuk menunjukkan praktik serupa yang banyak muncul di rezim Orde Baru.