Alas Purwo, Geopark Tertua di Tanah Jawa
Banyak yang mengira Kawah Ijen adalah pesona paling yahut di Banyuwangi. Itu memang tak salah, dan benar adanya. Tapi kalau satu-satunya yang paling yahut, saya kira juga tidak. Ada cantik lain selain Kawah Ijen.
Di mana? Di Taman Nasional Alas Purwo! Apa ada yang berpijar seperti api biru di sana? Oh beda! Yang ada adalah kawasan alam perawan indah bukan main.
Menyusuri kawasan ini tak ubahnya menjelajahi alam liar Indonesia. Sensasinya tak kira. Konon juga, Alas Purwo ini, adalah tanah tertua di Pulau Jawa. Berada diujung dengan arah Tenggara Pulau Jawa.
Legal teritorinya berada di Kecamatan Tegaldlimo dan Kecamatan Purwoharjo, Banyuwangi. Dua kecamatan sekaligus. Dua camat berbagi kuasa administratif.
Taman Nasional sudah melekat di Alas Purwo. Luasnya mencapai 44.037 hektar. Status ini membuat wilayah ini tidak sepenuhnya terbuka untuk masyakarat umum. Tapi masih bisa dinikmati kok, tentu saja dengan ketentuan-ketentuan.
Kawasan liar ini bukan hanya sekadar Taman Nasional tetapi sudah ditetapkan sebagai Geopark Nasional. Merupakan rumah bagi ratusan jenis flora dan fauna.
Muhamad Wahyudi, Kasubag TU Balai Taman Nasional Alas Purwo, menyebut, dari hari ke hari Alas Purwo menjadi cukup favorit. Jumlah wisatawan yang berkunjung ke Alas Purwo naik terus. Tercatat pada 2016 sebanyak 134.130 orang, 137.430 (2017), dan melonjak jadi 211.049 pada 2018.
"Lonjakan ini seiring seiring dengan perkembangan sektor pariwisata di Banyuwangi. Apalagi kini ada penerbangan langsung dari Jakarta dan Surabaya serta direct flight dari Kuala Lumpur. Ditunjang perbaikan akses serta penambahan sarana dan prasarana yang menambah kenyamanan pengunjung, termasuk akses jalan utama di kawasan ini hingga Pantai Pancur," kata Wahyudi.
Menuju ke sana, wisatawan dapat melalui Kota Banyuwangi berlanjut menuju Kalipait dengan jarak tempuh sekitar 1 jam lebih. Tarif masuknya Rp 7.500 per orang.
Memasuki pintu gerbang Rowobendo, pengunjung akan disambut rerimbunan pohon mahoni di sepanjang jalan utama. Menyusurinya juga menyenangkan, karena kini jalannya sudah beraspal mulus.
Tak jauh dari pintu gerbang, wisatawan akan melihat sebuah candi Hindu yang bernama Situs Kawitan, yang dalam bahasa Jawi Kawi artinya tua.Ini dikaitkan dengan Alas Purwo yang dipercaya sebagai tanah yang pertama kali ada saat penciptaan tanah Jawa.
Setelahnya, perjalanan berlanjut ke Sadengan, sebuah padang savana yang luas. Di savana bisa melihat burung merak, rusa, dan banteng Jawa. Di sana disediakan menara pantau bagi wisatawan. Jika mau melihat burung merak, harus datang pagi-pagi sekitar pukul 06.00 WIB.
TN Alas Purwo sendiri dihuni 700 flora, 50 jenis mamalia, 320 burung, 15 jenis amfibi, dan 48 jenis reptil.
TN Alas Purwo juga diberkahi deretan pantai eksotis. Maklum saja, Alas Purwo berbatasan langsung dengan Samudera Indonesia. Beberapa pantainya yakni Pantai Parang Ireng, Pantai Ngagelan, Pantai Pancur dan Pantai Plengkung.
Di Ngagelan, pantai tempat berlabuhnya penyu bertelur juga ditemui tempat penangkaran tukik (anak penyu) empat jenis penyu. Lalu ada Pantai Pancur, dimana fasilitas di pantai ini lebih lengkap seperti ada musala, tempat parkir dan warung makan.
Terakhir, Pantai Plengkung atau yang dikenal dengan Pantai G-Land adalah tempat surfing para peselancar profesional.
Pantai ini punya ombak setinggi 6 meter dan merupakan salah satu tempat surfing terbaik di dunia! Di Alas Purwo juga terdapat Gua Istana, yang konon memiliki kegelapan abadi.
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengatakan, sangat mengapresiasi pemerintah pusat yang telah melengkapi infrastruktur di kawasan tersebut. Pemkab, kata Anas, telah merancang event sport tourism yakni Alas Purwo Geopark Green Run pada 17 November 2019 mendatang.
"Event yang masuk agenda Banyuwangi Festival ini untuk mengenalkan Alas Purwo lebih luas. Sudah terbukti bahwa event cara efektif mempromosikan suatu lokasi, yang dampaknya memicu kunjungan wisatawan. Akan menjadi pengalaman baru yang menantang, berlari di tengah rerimbunan hutan yang penuh oksigen," kata Anas.
TN Alas Purwo kini disiapkan untuk diajukan menjadi bagian dari Global Geopark Network UNESCO, badan PBB yang menangani pendidikan, keilmuan, kebudayaan.
"Dengan menjadi bagian geopark dunia, kami berharap konsep pembangunan pariwisata berkelanjutan bisa terus terjaga sekaligus menyejahterakan masyarakat,” harap Anas. (idi)