Alamnya Elok, Banyuwangi Didorong Jadi Wisata Eduecotourism
Para pelaku wisata di Banguwangi menggadang-gadang kabupaten paling timur di Pulau Jawa ini menjadi daerah eduecotourism. Apalagi sebagian besar destinasi wisata di Banyuwangi adalah wisata alam yang memiliki potensi lokal sebagai bahan atraksi edukasi.
Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Pesona Bahari, Grand Watu Dodol (GWD), Abdul Azis, menyatakan, destinasi wisata di Banyuwangi sebagian besar berbasis alam. Dia menyebut, 90 persen yang dikelola Pokdarwis adalah wisata alam. “Di sana ada potensi lokal yang bisa dijadikan atraksi edukasi. Mulai dari pertanian, perikanan hingga peternakan,” jelasnya, Jumat, 5 Agustus 2022.
Wisata eduecotourism ini, menurut Abdul Azis, merupakan konsep wisata masa depan di Banyuwangi. Untuk mewujudkan konsep wisata ini, tentunya harus melibatkan banyak pihak, termasuk dari akademisi. Supaya nilai-nilai edukasi itu bisa dilaksanakan di destinasi. “Contoh perikanan, pertanian ini sudah bisa menjadi atraksi edukasi. Kalau di GWD ini ada budidaya penanaman terumbu karang, budidaya lobster,” jelasnya.
Dijelaskan, saat ini sudah banyak mahasiswa yang datang ke Banyuwangi, salah satunya ke GWD, untuk belajar. Artinya, kata Abdul Azis, sudah banyak wisatawan dari kalangan akademik yang datang ke Banyuwangi untuk belajar tentang berbagai hal yang di destinasi.
Saat ini yang perlu dilakukan adalah bagaimana mengkolaborasikan antara akademisi dan praktisi wisata supaya potensi Banyuwangi menjadi nilai edukasi yang bisa dipertanggungjawabkan.
Lebih jauh Abdul Azis menjelaskan, sebenarnya nelayan tradisional itu sudah pandai dan memiliki ilmu terkait penanaman terumbu karang, budidaya dan sebagainya. Hanya saja, menurutnya, mereka tidak bisa membuat jurnal. Sehingga perlu adanya pendampingan dari akademisi. “Setelah dijurnalkan dan bisa dipertangungjawabkan, itu menjadi nilai-nilai edukasi yang bisa dijual di tempat destinasi,” ungkapnya.
Menurutnya, dalam konsep wisata eduecoturism, atraksi yang diberikan tidak boleh asal-asalan. Misalkan dalam proses budidaya terumbu karang, tidak bisa hanya sebatas teori saja. “Wisatawan yang datang ke sini itu untuk studi banding. Itu nanti diaplikasikan di daerahnya masing-masing. Tujuannya itu,” katanya.
Azis mengaku sudah berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait untuk mewujudkan konsep wisata eduecotourism. Mulai Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banyuwangi maupun Dinas Perikanan Banyuwangi.
Dia menegaskan, wisata eduecotourism ini berbeda dengan wisata yang hanya sebatas selfie saja. Dengan konsep ini menurutnya, wisatawan bisa berlama-lama berada di Banyuwangi. Tentunya ini akan berdampak untuk ekonomi Banyuwangi.