Alami Keruwetan Hidup? Ini Ijazah Doa Syaikhona Kholil Bangkalan
Syaikhona Muhammad Kholil bin Abdul Lathif al-Bankalani adalah guru para pendiri Nahdlatul Ulama. Juga guru para ulama yang berjuang di Nusantara, pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20. KH Muhammad Hasyim Asy'ari, di antaranya, adalah santri kesayangannya.
Makam Syaikhona Kholil di Bangkalan, kini menjadi tujuan ziarah umat Islam. Selain berziarah ke Walisongo, para peziarah dari pelbagai wilayah di Nusantara selalu menyempatkan ziarah ke Makam Syaikhona Kholil di Bangkalan.
Di tengah persoalan umat Islam, Syaikhona Kholil masih terus menyampaikan pesan-pesan sesuai ajarannya.
Salah seorang cici almaghfurlah Syaikhona Kholil, KH Makki Nasir, Ketua PCNU Bangkalan, menyampaikan pesan penting yang didapatnya saat Ramadhan 1442 H, ijazah doa untuk disampaikan kepada umat Islam.
"Monggo dibaca, semoga keruwetan cepat selesai, dzikir ini kami dapatkan bulan puasa kemarin. Semoga maqbul," tutur Ra Makki Nasir, panggilan akrabnya.
Berikut ijazah doa dari Syaikhona Muhammad Kholil bin Abdul Lathif al-Bankalani:
الفاتحة إلى حضرة شيخنا محمد خليل بن عبد اللطيف البنكلاني
بسم الله الرحمن الرحيم ١١ مرة
لَیۡسَ لَهَا مِن دُونِ ٱللَّهِ كَاشِفَةٌ ١٠١ مرة
1. Hadiah Al-Fatihah untuk Syaikhona Muhammad Kholil bin Abdul Lathif al-Bankalani.
2. Baca Bismillahirrahmanirrahim (11 kali)
3. Baca: Laisalahaa min-dunillahi kasyifah (101 kali)
Demikian semoga bermanfaat.
Catatan Singkat Pribadi Syikhona Kholil
Syaikhona Muhammad Kholil bin Abdul Lathif al-Bankalani berasal dari keluarga ulama. Ayahnya, KH Abdul Lathif, mempunyai pertalian darah dengan Sunan Gunung Jati.
Ayah Abdul Lathif adalah Kiai Hamim, putra dari Kiai Abdul Karim bin Kiai Muharram bin Kiai Asror Karomah bin Kiai Abdullah bin Sayyid Sulaiman Basyeiban. Sayyid Sulaiman inilah yang merupakan cucu dari Sunan Gunung Jati dari pihak ibu.
Pada usia 24 tahun, Syaikhona Kholil menikahi Nyai Asyik, putri Lodra Putih.
Pendidikan Pesantren
Syaikhona Kholil dididik dengan sangat ketat oleh ayahnya. Mbah Kholil kecil memiliki keistimewaan yang haus akan ilmu, terutama ilmu Fiqh dan nahwu. Bahkan ia sudah hafal dengan baik 1002 bait nadzam Alfiyah Ibnu Malik sejak usia muda.
Setelah dididik, orang tua Mbah Kholil kecil kemudian mengirimnya ke berbagai pesantren untuk menimba ilmu. Mengawali pengembaraannya, Mbah Kholil muda belajar kepada Kiai Muhammad Nur di Pondok Pesantren Langitan, Tuban, Jawa Timur. Dari Langitan ia pindah ke Pondok Pesantren Cangaan, Bangil, Pasuruan. Kemudian ke Pondok Pesantren Keboncandi. Selama belajar di Pondok Pesantren ini beliau belajar pula kepada Kiai Nur Hasan yang menetap di Pondok Pesantren Sidogiri, 7 kilometer dari Keboncandi. Di setiap perjalanannya dari Keboncandi ke Sidogiri, ia tak pernah lupa membaca Surat Yasin.
Sewaktu menjadi santri, Mbah Kholil telah menghafal beberapa matan, seperti Matan Alfiyah Ibnu Malik. Disamping itu ia juga merupakan seorang Hafidz Al-Quran dan mampu membaca Al-Qur’an dalam Qira'at Sab'ah.