Al-Quran Turun saat Lailatul Qadar, Nuzulul Quran Bulan Ramadan
Peringatan Nuzulul Quran tidak hanya boleh dilakukan pada malam 17 Ramadan. Namun, boleh dilakukan di hari lain dalam bulan Ramadan.
Malam Nuzulul Quran adalah malam mulia dari seribu bulan karena dalam Nuzulul Quran juga dikaitkan dengan Lailatul Qadar.
"Kalau tradisi pesantren, sebuah tradisi yang mengilhami banyak tradisi di masyarakat, pada malam 17 Ramadhan mulai banyak yang mengadakan Nuzul Quran, ada juga yang malam 21, 23, 25 dan 27 Ramadhan," jelas KH Ahmad Bahauddin Nursalim, dalam pengajian yang beredar di media.
Menurut Gus Baha, panggilan akrabnya, mayoritas ulama sepakat bahwa Al Quran pertama kali diturunkan pada malam Lailatul Qadar. Hal ini berdasarkan firman Allah :
“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada malam Qadar. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik daripada 1.000 bulan.” (QS Al Qadr : 1 - 3.
17 Ramadan atau 24 Ramadan
Namun, pakar tafsir berbeda pendapat tentang permulaan turunnya Al Quran, ada yang mengatakan Al Quran turun mulai 17 Ramadan dan ada yang mengatakan mulai 24 Ramadan.
"Ada yang terlalu ekstrem mengatakan bahwa Lailatul Qadar itu tidak ada lagi. Karena Lailatul Qadar itu malam turunnya Al Quran dan sekarang Al Quran tidak turun lagi. Malah ngeri seperti itu, kacau," tegas Gus Baha, yang Rais Syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU).
Gus Baha lebih memilih pendapat ulama Nusantara yang tetap merayakan malam Nuzulul Quran dan berkeyakinan bahwa Al Quran diturunkan pada malam Lailatul Qadar. Namun, untuk waktu tertentu kapan merayakannya dikembalikan ke keyakinan masing-masing.
Bahkan jika memulai merayakan malam Nuzulul Quran dari awal Ramadhan dengan cara mencari Lailatul Qadar sejak awal Ramadhan juga boleh. Teks tentang Lailatul Qadar disampaikan Nabi lewat hadis sahih dan nabi benar-benar mengatakan bahwa carilah malam lailatul qadar di malam akhir Ramadhan.
Yang namanya mencari, itu harus ada persiapan. Tidak ada persiapan lalu merasa mencari malam Lailatul Qadar. Ini namanya penunggu malam Lailatul Qadar, bukan pencari, kata Gus Baha.
"Bagi yang meyakini malam Lailatul Qadar di malam 20 Ramadhan ke atas, maka persiapannya bisa sejak awal Ramadhan atau sejak bulan Rajab," ucap kiai asal Rembang ini.
Menurut Gus Baha, istilah Nuzul Quran itu ada beberapa redaksi kata. Aslinya boleh menggunakan redaksi malam tanzilul Quran atau Nuzulul Quran. Sehingga sama saja, malam Tanzil Quran sebagai malam Nuzulul Quran.
Keduanya sah untuk menyebut malam yang istimewa dalam bulan Ramadhan ini. Mufasir berpendapat bahwa anzala itu turun dari Lauhul Mahfudz ke langit dunia, kalau tanzil itu turun dari langit dunia ke Nabi Muhammad secara bertahap.
Namun, yang pas itu malam tanzilul Quran atau malam inzalul Quran. Ulama memilih Nuzulul Qur'an agar masyarakat tidak salah paham. Karena redaksi inzal umumnya berkaitan dengan mandi junub.
“Kiai itu pintar, meskipun Lailatul Qadar hanya ada sehari, tapi kebaikan tidak boleh terbatas pada hari tertentu saja. Sehingga malam Lailatul Qadar bukan hanya malam 27 Ramadhan," jelas Gus Baha.
Advertisement