Al-Quran Diselewengkan! Siapa Mereka? (1)
Saat ini cukup bertebaran pesantren baru yang khusus untuk hafalan Al-Quran. Maka muncul para penghafal Al-Quran. Selain itu, juga banyak orang mengikuti kursus cepat untuk bisa baca Al-Quran.
Akibatnya, muncul orang-orang yang tanpa berbekal cukup kemudian membaca terjemahannya dan menyimpulkan sendiri maknanya.
Tentang fenomena ini, Ahmad Sarwat, Lc.,MA menulis tentang "Menyelewengkan Al-Quran". Berikut lengkapnya:
Menyelewengkan Al-Quran biasanya dilakukan oleh orang kafir atau orientalis jahat untuk merusak agama Islam. Namun potensi menyelewengkan Al-Quran sangat mungkin dilakukan oleh kita sendiri sebagai muslim.
Kita yang punya semangat keagaaman tinggi, namun bila kurang memenuhi syarat keilmuan dan kapasitas dalam memahami Al-Quran, bisa saja justru kita yang jadi tokoh jahat sebagai orang yang menyelewengkan Al-Quran.
Kita mungkin punya niat baik dan amat cinta Al-Quran, namun sangat besar kemungkinan tanpa sadar kita terjebak kekeliruan fatal ketika mulai menafsir-nafsirkan ayat-ayat itu tanpa perangkat yang benar, dan seringkali hanya berdasarkan logika akal semata.
Tanpa sadar ternyata ayat-ayat Al-Quran yang suci dan mulia kita tafsiri dan kita maknai dengan tidak mengindahkan kaidah-kaidah yang sudah baku dan ditetapkan oleh para ulama Al-Quran sepanjang 14 abad.
Di tengah eforia untuk kembali kepada Al-Quran dan As-Sunnah, kecerobohan demi kecerobohan dalam menafsirkan Al-Quran nyaris tidak bisa dihindari. Semangat tajdid atau pembaharuan, sembari mengelorakan kampanye bahwa pintu ijtihad tidak tertutup, kemudian pada gilirannya membuka peluang banyak kalangan -termasuk kita sendiri- untuk meraba-raba secara buta ayat Al-Quran yang suci dan mulia.
Hanya Bermodal Bahasa Arab Dasar
Saya perhatikan banyak sekali teman-teman kita sendiri keliru memahami, dikiranya cukup dengan berbekal modal bahasa Arab seadanya sudah bisa menafsirkan Al-Quran. Padahal kemampuannya bahasa Arabnya masih kelas pemula dan masih terlalu mengandalkan kamus.
Sayangnya ayat-ayat suci itu sudah diotak-atik sedemikan rupa berbekal Quran terjemahan. Dikiranya, kalau sudah bisa bahasa Arab, otomatis sudah bisa memahami Al-Quran.
Karena logika sederhananya mengatakan bahwa kendala dalam memahami Al-Quran hanya semata-mata masalah bahasa saja. Begitu kita sudah menguasai Bahasa Arab, otomatis kita sudah merasa paham Al-Quran dengan sendirinya.
Suka tidak suka, nampaknya pemikiran yang amat sederhana inilah yang sekarang sedang berkembang di tengah generasi muslim modern atau muslim perkotaan.
Padahal masalahnya tidak sesederhana itu. Tidak mentang-mentang seeorang bisa bahasa Arab, lantas kita langsung paham semua isi Al-Quran.(bersambung)