Al-Quran Dibakar di Norwegia, Haedar : Tiga Motif Islamofobia
Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir menilai, islamofobia di Eropa dan negeri Barat menguat kembali akhir-akhir ini. Tindakan itu tidaklah benar dan harus dicegah.
Islamofobia terjadi dengan sejumlah motif dan keadaan. Setidaknya, menurut Haedar, ada tiga motif.
Pertama, terbawa arus sentimen dan ketakutan terhadap Islam yg berlebihan yang sudah menyebar dan menjadi luas di Eropa yg kian hari terus bertambah kuat kecenderungannya.
Kedua, reaksi negatif atas apa yg boleh jadi mereka tangkap secara bias atau salah terhadap fenomena ISIS, terorisme, dan sejenisnya di dunia Islam atau di sejumlah negara yang sering bercampur antara realitas dan bias.
Ketiga, ekspresi demokrasi liberal di negara-negara Barat, yang memberi kebebasan segala bentuk ekspresi hak, yang tentu saja tidak mencerminkan keadaban dunia modern.
“Hal tersebut merupakan agenda dakwah global untuk memahamkan tentang Islam yang maju dan rahmat bagi semesta alam. Kepada kaum muslim juga diharapkan mampu beradaptasi di negeri manapun hadir.
"Sesuai budaya Di mana bumi dipijak, Di situ langit dijunjung. Hal itu sejalan prinsip Islam yang membawa misi keselamatan dan kedamaian yang rahmatan lil-'alamin,” tutur Haedar, dalam keterangan Rabu, 2 September 2020.
Menurut Haedar Nashir, aksi demonstrasi anti-Islam di Norwegia yang berakhir ricuh itu menunjukkan sikap Islamofobia yang sangat buruk di zaman sekarang.
Di era modern ini, semestinya menjunjungtinggi perbedaan agama, ras, suku bangsa, dan golongan apapun. Sebelumnya, pembakaran Al-Quran dan penhinaan terhadap Islam juga terjadi di Swedia hari Jum'at yang lalu, yang juga berakhir rusuh.
“Ironinya tindakan intoleran terhadap Islam di Swedia dan Nurwegia tersebut terjadi di negara yang selama ini pada setiap memberikan Hadiah Nobel berupa penghargaaan atas usaha-usaha perdamaian dan kemanusiaan. Swedia bahkan negeri Alfred Nobel, sang penggagas Hadiah Nobel,” tegas Haedar.
Pimpinan Pusat Muhammadiyah mengecam keras tindakan pembakaran Al-Quran dan penghinaan kepada Nabi Muhammad yang dilakukan kelompok orang yang menamakan diri Stop Islamization of Norway (SIAN) di dekat parlemen Norwegia pada Sabtu 29 Agustus 2020 lalu.
Karenanya, Muhammadiyah berharap dan menghargai tindakan tegas pihak berwenang atas perbuatan anarkis dan intoleran di kedua negeri tersebut.
Muhammadiyah menghargai negara-negara Islam dan pihak lain yang menyampaikan protes atas tindakan anarkis terahadap Islam tersebut sesuai proporsi dan protokol hubungan antarbangsa dan antarnegara yang menghargai hak asasi dan hak demokrasi umat beragama. Agama dan umat beragama memiliki hak hidup di negeri manapun, lebih-lebih di negeri demokrasi.
“Bersamaan dengan itu Muhammadiyah menghimbau dan mengajak kepada masyarakat muslim di dunia Islam, khususnya di Indonesia agar tetap tenang dan dewasa dalam menyikapi peristiwa di Swedia dan Nurwegia itu secara damai, proporsional, dan elegan. Seraya menghindari reaksi berlebihan dan tindakan yang tidak mencerminkan karakter Islam yang menjunjungtinggi perdamaian dan nilai-nilai luhur kehidupan,” tutur Haedar.