Al-Qur’an Memberi Kebahagiaan, Bukan Menyulitkan Manusia
Selalu bersyukur menjadikan kehidupan kita bahagia. Bersyukur adalah menerima pemberian Allah Ta'ala, menerima qadha' dan qadar-Nya.
Ust Keman Almaarif menyampaikan tausiyah pagi dengan mengajak kita memahami pesan-pesan Al-Quran al-karim.
Allah Subhanahu wa ta'ala (Swt) berfirman,
مَا أَنْزَلْنَا عَلَيْكَ الْقُرْآنَ لِتَشْقَىٰ
“Kami "tidak" menurunkan Al-Qur’an ini kepadamu (Muhammad) agar engkau menjadi susah.” (QS.Tha-Ha:2)
Al-Qur’an tidak diturunkan untuk menyusahkan manusia, namun Allah menurunkannya untuk memberi kebahagiaan, ketenangan dan ketentraman hidup.
Siapa yang sengsara karena Al-Qur’an berarti ia tidak mengenalnya. Siapa yang kesusahan ketika mengamalkannya, maka ia tidak benar-benar mengamalkan Al-Qur’an.
Siapa yang menyengsarakan manusia dengan ilmu dan agamanya maka ia belum mengenal ilmu dan agamanya.
Setiap kebusukan dalam pemikiran mustahil dihasilkan dari Al-Qur’an. Dan setiap "kebengisan" dalam perbuatan tidak ada sedikit pun hubungannya dengan Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam (Saw).
Melatih Keikhlasan
Allah yang menyiapkan surga bagi kita, mengharapkan hamba-Nya membangun miniatur surga di dunia. Dengan agama seorang mampu menciptakan surganya dengan melatih keikhlasan, kerelaan hati dan ketentraman jiwa.
Juga dengan menebar cinta, saling membantu, berbagi kedamaian dan kasih sayang.
Karena agama Allah adalah rahmat bagi semesta, tidak ada kebengisan di dalamnya.
"Kami tidak menurunkan Al-Qur’an ini kepadamu agar engkau menjadi susah.”
Namun agar kita menjadi bahagia, damai, rela dan dekat dengan-Nya.
وَاسْجُدْ وَاقْتَرِبْ
“Dan sujudlah serta dekatkanlah (dirimu kepada Allah).” (QS Al-‘Alaq:19)
Adapun yang tampak sekilas kita mendapatkan kesulitan ketika mendekatkan diri atau menghadap kepada Allah, hal itu sebenarnya adalah bentuk syukur kita kepada Dzat yang selalu memberi kemudahan, pertolongan dan memberi kekuatan kepada kita untuk berbuat taat dan merasakan manisnya beribadah.
Karena pada hakikatnya seorang hamba tidak akan memiliki daya dan upaya untuk melaksanakan ketaatan kecuali karena bimbingan dan taufiq dari-Nya.
Karena itu ketika seseorang menegur Rasulullah saw karena melihat kaki beliau yang bengkak disebabkan banyaknya salat, Baginda Nabi hanya berkata : “Tidakkah aku boleh menjadi hamba yang bersyukur?”
Demikian semoga bermanfaat. Amiin.
Advertisement