Al-Hallaj Si Gila, Kisah Mengharukan di Jagat Kaum Sufi
Al-Hallaj kembali ke Baghdad untuk mendiskusikan berbagai problem dan isu krusial sufisme, dengan guru-gurunya: Syaikh al-Junaid, Abu Bakar al-Syibli dan sejumlah sufi besar lainnya. Dia selalu tak puas. Pikiran-pikirannya semakin radikal, melawan mainstream, dan menabrak pagar-pagar ortodoksi, tetapi semakin matang.
Dia lalu kembali ke kampungnya untuk tak berhenti mencari Tuhan dan dia menemukan-Nya di dalam rumah hatinya sendiri. Baju sufi ditanggalkannya dan menggantinya dengan baju tentara, kadang baju robek-lusuh, biar lebih bebas dan tak dikenal saleh. Sesudah itu namanya disebut secara popular sebagai al-Hallaj al-Asrâr (Al-Hallaj, sang pemilik rahasia-rahasia).
Al-Hallaj kembali ke Makkah, di samping untuk haji lagi juga terus mencari mengerti tentang eksistensi diri di bumi Nabi, tempat beliau mengajarkan Tauhid (Kemahaesaan Tuhan).
Al-Hallaj lagi-lagi tak puas. Ia lantas berkelana ke berbagai negeri di Timur Tengah dan sampai ke Persia, India dan Cina.
Di berbagai tempat itu, yang dijalaninya selama lima tahun, dia memperoleh banyak sekali pengetahuan eksoterik, terutama sekali esoterik. Entah sesudah atau di antara pengembaraan itu, dia ke Makkah lagi.
Dari perjalanan ini dia mulai tampil dengan gagasan-gagasan sufismenya yang menggemparkan. Dia sebarkan gagasan itu secara terbuka dan segera mengundang resistensi dan reaksi kebingungan dan kemarahan publik.
Ucapan-ucapan, aforisme, syair-syair, dan puisi-puisi kasmaran sekaligus cintanya kepada Tuhan semakin tak dimengerti halayak. Dia semakin “gila”. Gila cinta, dan cinta gila. Tetapi dalam waktu yang sama nyawanya terancam oleh pikiran publik yang tak paham.
Dia dicacimaki sebagai tukang sihir, si keparat, dan orang sinting yang mengganggu, merusak umat dan lain-lain. Tetapi sebagian lain melihatnya sebagai pribadi memesona, nyentrik, unik yang menebarkan keramat dan keberkatan. Dialah Waliyullah, kekasih Tuhan. Al-Hallaj tak peduli dengan semuanya.
Dia menuliskan dan menggumamkan seluruh kegelisahan dan keriangan batinnya yang meluap-luap itu kapan dan di mana saja. Setiap malam, ketika senyap, di tengah dunia diam, dia mendesahkan elegi yang mengiris nurani.
ألا يا ليل محبوبى تجلى
ألا يا ليل للغفران هلا
الا يا ليل ما ابهى واحلى
ألا يا ليل اكرمنى وجلى
ألا يا ليل فى الحضرة سقانى
ألا يا ليل من خمر الدنان
O, malam, Kekasihku datang
O, malam, pengampunan telah datang
O, malam, aduhai Keindahan, aduhai Manisku
O, malam, Kekasihku memuliakanku, Dia datang
O, malam, Kekasih menuangkan minuman
Pada gelas besar dari anggur yang memabukkan
Demikian catatan KH Husein Muhammad (09.01.21/HM)