Al-Fatihin Surat Kabar ISIS Berbahasa Indonesia Terbit hingga Edisi ke-10
Kelompok Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) ternyata telah menerbitkan media cetak berbahasa Indonesia dan Melayu, untuk meningkatkan daya tarik bagi orang-orang yang ingin berjihad di kawasan Asia Tenggara.
Dikutip dari straittimes.com, Surat kabar bernama Al-Fatihin, yang dalam bahasa Arab berarti ‘Para Penakluk’, diluncurkan sejak 20 Juni 2016, yang kala itu bertepatan dengan bulan Ramadan.
Slogan surat kabar yang diketahui beredar secara rahasia di kelompok Jemaah Ansharut Daulah (JAD) itu berbunyi, “Surat kabar untuk migran berbahasa Melayu di Negara Islam.”
Surat kabar propaganda kelompok radikal ini telah terbit hingga edisi ke-10, pada Senin (14/5/2018) atau 28 Sya’ban 1439 H.
Al Fatihin diterbitkan oleh Furat Media, sebuah lembaga media yang berafiliasi dengan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).
Media tersebut berisi kabar-kabar dari Suriah dan Irak serta seruan untuk melakukan kekerasan. Selain berbahasa Indonesia, media tersebut juga berbahasa Malaysia dan Filipina.
Surat kabar edisi ke-10 itu diterbitkan dengan jumlah 14 halaman. Redaksi memilih headline ‘Bunuhlah kaum muysirikin dimanapun mereka berada.’
Bahkan, di halaman 6 surat kabar itu terdapat tulisan ‘Ramadhan bulan penaklukan.’ Ternyata juga di surat kabar ini memuat aksi teror yang terjadi di tiga gereja di Surabaya.
Dalam artikel surat kabar itu menuliskan judul ‘3 Serangan Istisyhadi Guncang indonesia.’ Artikel aksi teror itu diperjelas dengan senjata yang digunakan dan target tiga gereja.
Berikut beberapa potret surat kabar Al-Fatih Edisi ke-10:
Publikasi Al-Fatihin dengan bahasa-bahasa lokal di negara-negara Asia Tenggara ini diduga bertujuan untuk memikat anggota baru ISIS di Malaysia, Indonesia, Brunei, Singapura, Thailand selatan dan Filipina selatan.
“Al-Fatihin menopang pesan-pesan (ISIS) yang menyerukan kepada kelompok-kelompok militan di Indonesia dan Filipina untuk bersatu dan bersumpah setia kepada Abu Bakr Al-Baghdadi,” tulis Jasminder Singh dan Muhammad Haziq Jani, analis terorisme di Nanyang Technological University, Singapura, dalam makalah penelitian mereka berjudul ‘Al-Fatihin: Islamic State’s First Malay-Language Newspaper’.
“Tagline Al-Fatihin menggerakkan titik bahwa, tidak peduli perbedaan dan nuansa dalam bahasa, identitas dan asal-usul, jihadis Asia Tenggara memiliki logo yang umum dan dengan demikian, semua jihadis berbahasa Melayu harus bertindak sebagai satu kesatuan,” lanjut para analis tersebut, seperti dikutip TIME.
Munculnya surat kabar rahasia itu disusul dengan peluncuran sebuah video oleh ISIS yang menyatakan Filipina sebagai wilayah kelompok tersebut. Dalam video itu, ISIS menyerukan para jihadis Asia Tenggara untuk melakukan perjalanan ke Filipina jika mereka tidak dapat pergi ke Suriah.
Negara Singapura telah melarang mendistribusikan dan memiliki Al Fatihin sejak 22 Juli 2016. “Ekstremisme tidak memiliki tempat di Singapura, tidak dapat dan tidak boleh berakar di sini. Kami mengambil sikap yang sangat kuat terhadap propaganda teroris dan kami akan mengambil tindakan tegas yang diperlukan. Oleh karena itu, saya telah menginstruksikan agar publikasi itu dilarang di Singapura,” tegas Dr. Yaacob Ibrahim, Menteri untuk Komunikasi dan Informasi, dilansir dari mci.gov.sg. (*)