Al Chaidar: Bom Surabaya Terkait Peristiwa Mako Brimob
Pengamat Terorisme dari Universitas Malikussaleh (Unimal) Lhoksumawe, Aceh, Al Chaidar mengatakan, pengeboman yang terjadi di Surabaya, Minggu (13/5/2018), oleh kelompok radikal merupakan imbas dari kerusuhan di rumah tahanan (Rutan) cabang Salemba Markas Komando (Mako) Brimob, Depok, pada tanggal 8-9 Mei lalu.
Serangan ini semakin masif lantaran adanya undangan yang berisi seruan jihad untuk seluruh anggota Jamaah Ansharut Daulah (JAD) yang berafiliasi dengan ISIS.
“Ini sifatnya eksistensi, perpanjangan dari insiden Mako Brimob kemarin ini imbasnya,” kata Al Chaidar.
seruan jihad tersebut dilakukan narapidana terorisme melalui live media sosial Instagram menggunakan handphone rampasan saat kerusuhan berlangsung.
Menurut Al Chaidar, dalam siaran live selama 1 menit 30 detik, narapidana teroris (napiter) meminta pasukan jihadis se-Indonesia untuk melakukan serangan balik ke pihak polisi.
“Perpanjangan karena memang ada undangan yang mereka terima berupa seruan jihad untuk seluruh anggota JAD dan anggota lone wolf ISIS,” jelasnya.
Serangan mereka, kata Al Chaidar, yang pertama ditujukan untuk polisi, rumah ibadah non muslim, baru setelah itu tempat keramaian dan tempat-tempat ibadah kelompok sekte yang dianggap sesat.
“Ini spontan, setahu saya tidak satu pun peneliti yang pernah mengungkap tentang perencanan atau pun desain besar yang dilakukan ISIS, karena mereka sedang berkonsentrasi di Suriah, daerah yang sempat mereka kuasai hilang,” terang Al Chaidar.
Al Chaidar mengatakan, melihat rangkaian peristiwa yang terjadi belakangan ini, tampaknya kasus seperti ini akan berlanjut. Apalagi ini akan masuk ke dalam bulan Ramadhan, di mana dalam kitab fiqh mereka bulan Ramadhan itu saatnya melakukan penyucian jiwa.
“Tak ada jalan lain, pemerintah dan semua pihak harus waspada. Sayangnya negara malah terlihat gamang. Presiden juga gamang untuk selesaikan soal payung hukum kepada Polri yakni berkaitan dengan Revisi UU Terorisme. Bahkan terkesan ada sikap antimiliter karena oleh para akitvis HAM revisi UU Terorisme itu dianggap berbau militerisme, yakni adanya pelibatan militer dalam pemberantasan terorisme. Saya pun bisa faham karena memang Pak Presiden kan orang sipil,” tegasnya.
Dari pantauan Al Chaidar, seruan untuk ‘datang’ ke Mako Brimob itu sudah tersebar dan disambut di banyak daerah.
“Saya pantau sudah disambut di Medan. Sudah ada 57 orang dari Jawa Barat yang datang ke Mako Brimob. Dari Bogor 40 orang, 71 orang dari Jawa Tengah, 101 orang dari Jawa Timur, 13 orang dari Bima. Jadi kejadian di Mako Brimob hingga bom di Surabaya bukan kejadian sederhana,” ungkapnya. (Antara)