Aku dan Anak-anakku
Saat terbaik membisikkan cinta pada anak-anakmu, bukanlah saat ia mendengarkannya, ------ tapi saat ia tertidur, lalu kau bisikkan doa-doa indah di telinga dan hatinya, yang didengar Hati Tuhan.
Saat terbaik membisikkan cinta pada anak-anakmu, bukanlah saat ia mendengarkannya, tapi saat ia tumbuh seperti bunga-bunga tumbuh, atas Kehendak Tuhan.
Anak-anakmu, akan berubah manja dan lemah, bila terlalu banyak kau bisikkan cinta. Anak-anakmu bahkan tak akan bisa apa-apa, bila apa-apa kau biasakan membantunya.
Biarkan anak-anakmu hidup seperti tunas-tunas yang tak dilindungi induknya, tapi berdiri tegak di hadapan matahari.
Saat terbaik mencium dan memeluk anak-anakmu adalah saat ia tertidur, karena saripati kasih sayangmu mencapai ulu hatinya, mencapai dasar alam bawah sadar mimpi-mimpinya, dan mencapai Ulu Hati Tuhan.
Yang dengan kecupan cinta, akan mencapai dasar cinta.
Yang dengan suara cinta, akan didengar telinga cinta.
Yang melangkah dengan kaki cinta, akan mencapai tujuan cinta.
Pun yang berkehendak atas dasar cinta, akan mencapai Sang Maha Kehendak Cinta, sang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.
Anak-anak akan belajar mencintai orang-orang yang mencintainya ---- dan akan belajar membenci orang-orang yang membencinya.
Aku boleh dibenci siapapun, tapi tak boleh dibenci anak-anakku. Apalagi bagi kalian, bila seorang ibu, tak boleh dibenci anak-anakmu dan kau pun tak boleh membenci anak-anakmu: karena ucapan seorang ibu adalah kutuk bagi anak-anakmu.
Saat terbaik mengajarkan anak-anakmu kehidupan, maka biarkan ia hidup dengan fitrah kehidupannya sendiri.
Engkau berhak mengarahkannya, tapi tak berhak menguasai, karena anak-anakmu punya kehidupan sendiri yang bukan kehidupanmu.
Siang hari, anak-anakku hidup sebagaimana anak-anak lain hidup:, pergi ke sekolah, pulangnya bermain, malamnya bersenda gurau dengan seisi rumah hingga rumahku indah nian seperti penuh balon warna-warni. Lalu malam harinya mereka tidur, lalu aku mendatangi tempat tidur mereka, kucium keningnya dua kali dengan penuh kasih sayangku ------ sebagaimana ayah pada umumnya -------- dengan doa-doa indah, penuh rasa syukur dan harapan kepada Tuhan, agar Tuhan selalu melindungi kami, dalam keberkahanNya, di jalan lurusNya, doa agar selamat dunia akherat, qanaah, khusnul khotimah, penuh safaat dan ampunan-Nya.
Mungkin, saya bukan ayah yang baik. Sering lama meninggalkan mereka ---- tapi hatiku selalu bergetar, bila di malam yang larut aku masih di luar rumah ----- tak bisa tidur dengan satu bantal yang sama, dengan anak-anakku, dengan anak-anakku.
Berdoa dengan diam-diam, akan dikabulkan Tuhan dengan diam-diam.
Biasanya, menjelang subuh, kubangunkan anak-anakku, setelah kukecup keningnya dua kali. Setelah bangun, biasanya kami berantem lagi, seperti biasanya. (*)
damarhuda 19/11/17
Advertisement