Aktivis 98 Ini Ancam Laporkan Kasus HUT Khofifah
Video perayaan ulang tahun Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa di Gedung Grahadi menjadi viral di media sosial. Video menjadi viral setelah diunggah salah satu akun TikTok. Video itu lantas membuat warganet geger.
Bukan tanpa sebab, pada video tersebut diduga menimbulkan kerumunan di tengah pandemi, pada Rabu, 19 Mei 2021. Terlebih, pada acara itu mengundang artis ibu kota Katon Bagaskara. Sejak viral Khofifah telah menanggapi dengan permintaan maaf.
Khofifah tidak memiliki niatan sama sekali untuk merayakan ulang tahunnya. Khofifah mengaku tidak menahu acara tersebut. Justru acara tersebut adalah acara syukuran. Selain itu, juga santunan. Di mana dia mengundang 10 anak yatim dan beberapa orang yang tergabung dalam tim rebana untuk bersholawat. Hadir pula sekitar 31 Kepala Organisasi Perangkat Daerah (OPD).
Katon Bagaskara yang diklaim merupakan teman Sekretaris Daerah Jawa Timur turut menyemarakkan karena satu hari sebelumnya ada acara di Surabaya. Video ulang tahun yang kontroversial itu sampai mengundang tanggapan aktivis 1998 yang kini menjadi pengacara kondang, M. Sholeh.
Sholeh menanggapi melalui video yang diunggah di akun YouTube pribadinya, Cak Sholeh. Di sana pria aktivis 1998 itu berpendapat Gubernur Jatim harus mundur. Menurutnya, di masa pandemi ini masyarakat diharuskan di rumah dengan tidak berkerumun. Salah satunya dengan meniadakan open house saat lebaran. Ini sesuai kebijakan yang digalakkan pemerintah.
Sholeh lalu mempertanyakan mengapa justru Gubernur menggelar pesta ulang tahun di mana mengundang banyak orang. Terlebih, ada makanan dan aksesoris pesta dan lain-lain. Kendati Sekda sudah membantah dengan mengatakan acara tersebut adalah spontanitas, Sholeh meragukan jawaban tersebut.
“Yang menjadi pertanyaan kalau spontanitas kok ada makan-makannya. Saya kira sudah pesan. Kok ada balon-balonnya, berarti sudah direncanakan. Apalagi mengundang artis ibu kota, masak itu dadakan? Ini menjadi sebuah keanehan,” kata M Sholeh.
Pria berkacamata itu lalu melanjutkan, “Bagi saya pandemi ini pemimpin, pejabat siapa pun harus menjadi contoh. Ketika orang beberapa waktu yang lalu dilarang jualan. Kalau jualan harus dibawa pulang, nggak boleh dia melayani di lokasi.
Ketika mudik tidak boleh, meskipun sudah membawa hasil tes swab dan lain-lain. Ini menurut saya ketika itu ada sebuah pelanggaran pemimpin justru mengadakan sebuah kerumunan itu tidak menjadi sebuah contoh yang baik”.
Sholeh kemudian mengenang kembali kasus Habib Rizieq. “Masih ingat kasusnya Habib Rizieq yang katanya ada kerumunan sehingga sekarang dia diproses hukum. Maka menurut saya hukum itu harus adil. Semua warga negara harus diperlakukan sama di mata hukum. Tak peduli Gubernur," ujar Sholeh.
Kata Sholeh, sekarang adalah harus polisi mengusut kasus itu. Kalau memang ada dugaan pelanggaran prokesnya harus ditindaklanjuti.
Jika tidak ada tindak lanjutnya, Sholeh akan membuat laporan. “Saya yang akan membuat laporan. Bukan saya benci Gubernur, tidak. Tetapi saya ingin masyarakat yang sudah satu tahun lebih hidup merana karena banyak orang di-PHK banyak orang tidak bisa berusaha. Tetapi pemimpinnya omongan dan perbuatan tidak sama. Ini harus ya ada proses hukum,” tegasnya.
Kata Sholeh, sudah ada beberapa kali kasus pejabat dengan tipe yang serupa. Pertama, Walikota Malang yang kalau tidak salah menggelar pesta dan dikritik habis. Kedua, Gubernur di daerah Nusa Tenggara berenang bersama-sama juga jadi kritik.
Bagi Sholeh siapa pun yang ingin menjadi pejabat tentu harus memberi contoh yang baik. Sholeh pun membandingkannya dengan orang biasa.
“Berbeda jika orang biasa seperti Habib Rizieq dengan seorang pejabat tidak sama. Kalau misalnya itu ulahnya bukan gubernur, tapi anak buahnya gubernur? Menurut saya ini anak buahnya kok kayak penjilat. Oke penjilat itu bahasanya terlalu kasar. Pencari muka,” ucapnya.
Sholeh mengatakan dia bisa memaklumi kalau gubernur datang tiba-tiba lalu ada satu dua orang memberi kue ulang tahun. Menurutnya itu dapat disebut spontanitas.
Namun, kalau sudah ada acara yang disiapkan, ada makan prasmanannya dan ada artisnya, itu jawabannya bukan spontanitas.
Sholeh lalu meminta Gubernur Jatim untuk mundur.
“Justru jawaban seperti itu menyakitkan bagi masyarakat. Tiada lain yang paling pas ya harus mundur. Supaya kasus-kasus seperti ini tidak terulang kembali,” tutup Sholeh.
Sementara, sejak diunggah pada Sabtu, 22 Mei 2021 video tersebut ditonton lebih dari 1.8 ribu lebih viewer. Ada puluhan komentar warganet tertarik menanggapi pernyataan Sholeh.
Ada yang mendukung. Salah satunya pengguna bernama kijogo amben.
“Semoga pandangan dan ulasan cak sholeh menjadi pengetahuan buat kami para warga. Serta sebagai peringatan buat tamunya. Semangat terus belani wong cilik cak, semoga Allah senantiasa memberikan kesehatan dan rida, aamiin,” tulisnya di kolom komentar.
“Usut, kita sama di mata hukum,” sahut akun Yadi Purnomo.
“Viralkan, lanjutkan cak sholeh,” celetuk pengguna Rudik Irwanto.