Aktifkan Istighotsah dan Dzikir, Ini Nasib Muslim di Papua
Gelapnya pagi pukul 03.00 dan cuaca dingin di Kampung Mwuare, Mimika Timur, Papua tak menyurutkan langkah mereka untuk menaiki motor menuju Masjid Al-Fatah, Kampung Karang Senang, Distrik Kuala Kencana. Perjalanan motor ini ditempuh sekitar 1 jam lebih dengan jarak lebih dari 70 km di sepinya Jalan Raya Mimika.
Ini adalah perjalanan dari ujung Timur Mimika menuju ujung Utara Mimika. Niatnya jangan sampai ketinggalan shalat subuh berjamaah yang waktunya pukul 04.30-an. Mereka itulah Hasan, imam Masjid Nurul Hikmah Mwuare dan Mukhid, imam Tahlil Yasin Mwuare.
“Kehadiran mereka di majelis istighotsah ini sungguh menjadi penyemangat kami dalam membangun warga NU untuk berjiwa pejuang hanya untuk meraih ridha Allah. Sosok yang menjadi inspirasi warga NU Mimika dan para pengurus PCNU dan MWCNU di Mimika. Sosok para muassis NU seolah-olah hadir di dalam diri mereka. Semangat jihad dan khidmatnya luar biasa. Usia Hasan dan Mukhid tidaklah muda dengan usia di atas 50 tahun,” kata Wakil Ketua PCNU Mimika Sugiarso.
"Dzikir itu menghindarkan kita dari kemunafikan. Apa munafik itu bapak ibu? Munafik itu artinya ‘esuk deke sore tempe’. Dzikir juga bendera iman kita. Bendera harus kita kibarkan dengan zikir jamaah ini".
Setelah adzan dilanjutkan dengan pujian nazham Asmaul Husna dan dzikir fajar sambil menunggu kedatangan jamaah. Acara dimulai usai subuh dengan penjelasan fadilah zikir bersama dan istighotsah oleh Ustadz Hasyim Asy'ari yang dilanjutkan istighotsah.
"Dzikir itu menghindarkan kita dari kemunafikan. Apa munafik itu bapak ibu? Munafik itu artinya ‘esuk deke sore tempe’. Dzikir juga bendera iman kita. Bendera harus kita kibarkan dengan zikir jamaah ini," urainya.
Menurut Sugiarso, kegiatan ini adalah wadah membangun persatuan dan silaturahim sesama warga.
Acara dilanjutkan diskusi dan kesepakatan rutinan dipimpin oleh ketua Takmir Masjid H Aku Makruf yang juga Mustasyar PCNU Mimika yang kemudian ditutup dengan shalat dhuha. (adi)